Moeldoko Akui Tak Tahu Apa-apa saat Tiga Bulan Pertama Jabat KSP
- Istimewa
VIVA Politik – Kepala Staf Kepresidenan RI Moeldoko mengatakan saat ini masih terlalu jauh untuk membahas mengenai politik nasional pemilu tahun 2024. Sebab, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh Indonesia dalam masa yang cukup sulit ini.
Meski begitu, Moeldoko tetap mengatakan bahwa pemimpin Indonesia masa depan harus sosok yang memiliki kapasitas tinggi. Terlebih dengan situasi global saat ini yang memiliki tantangan besar dan mengalami perubahan sangat cepat.
"Saat ini masih terlalu jauh untuk berbicara politik 2024. Pekerjaan rumah kita masih besar dan tantangan juga masih banyak. Yang jelas, pemimpin Indonesia ke depan harus memiliki kapasitas tinggi untuk menghadapi berbagai macam tantangan global," kata Moeldoko, dalam keterangan pers KSP, Kamis, 11 Agustus 2022.
Mengurus negara, katanya, bukan pekerjaan mudah. Dia bercerita tentang pengalamannya pada saat awal menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan yang membutuhkan waktu tiga bulan untuk beradaptasi dan belajar memahami berbagai persoalan negara.
"Saya ini [sebelumnya] panglima TNI. Tapi begitu menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan, pada tiga bulan pertama, saya merasa seperti tidak tahu apa-apa. Di situ saya benar-benar belajar untuk bisa memahami berbagai persoalan negara, dan mencari cara cepat menyelesaikannya. Enggak mudah itu," ujarnya.
Moeldoko menyebut, mengelola negara di lingkungan global yang penuh ketidakpastian membutuhkan lima strategi, yakni mampu adaptif terhadap perubahan, berani mengambil risiko atas kebijakan yang diambil secara konstitusional, siap menghadapai kompleksitas akibat globalisasi, dan siap merespons kejutan-kejutan yang akan terjadi akibat kemajuan teknologi.
Panglima TNI periode 2013-2015 itu juga menyinggung mengenai peran media pada saat ini. Dia meminta agar media tak terjebak dengan pemberitaan yang cepat tanpa mengedepankan kebenaran.
Apalagi saat ini sumber informasi bisa dari siapa pun, di mana pun, dan kapan pun. "Memang saat ini semua dituntut cepat. Tapi jangan sampai kecepatan itu mengaburkan kebenaran," ujarnya.