Elite Gerindra Tolak Keras Penggunaan MyPertamina

Per 1 Juli 2022 Pertamina Buka Pendaftaran di Website MyPertamina.
Sumber :

VIVA Politik – Anggota Dewan Pakar Partai Gerindra Bambang Haryo Soekartono menolak keras penerapan penggunaan aplikasi MyPertamina untuk pembelian bahan bakar minyak (BBM). Kebijakan itu, katanya, tidak tepat dan sangat tidak efisien.

Sebelum Hangus Ganti Tahun, Poin MyPertamina Bisa Ditukar dengan Logam Mulia hingga Motor Sport

"[penggunaan aplikasi MyPertamina] hanya akan mempersulit masyarakat yang berpendidikan rendah, setidaknya sebesar 20 persen di Indonesia masyarakat dengan pendidikan minim," kata Bambang, dalam keterangannya, Sabtu, 9 Juli 2022.

Penggunaan MyPertamina juga dapat membahayakan keselamatan pengendara saat penggunaan ponsel di lokasi pom bensin. Belum lagi jika aplikasi atau jaringan sedang terganggu akan menimbulkan antrean panjang dan macet.

Bahlil Ungkap 3 Opsi Subsidi BBM agar Tepat Sasaran

Bambang mengatakan, masyarakat akan makin disulitkan terutama yang berada di pedalaman yang jaringannya terbatas. Masyarakat harus mengeluarkan biaya top-up yang tentunya sangat membebani keuangan.

Uji coba pembelian pertalite dan solar daftar lewat MyPertamina di Sumbar

Photo :
  • VIVA/Andri Mardiansyah
Blusukan ke Muara Angke, Ridwan Kamil Dicurhati Nelayan soal Mahalnya BBM

Selain itu, terbatasnya tenaga kerja di pom bensin untuk melakukan pemantauan aplikasi sekaligus pelayanan pengisian BBM juga akan menjadi kendala penerapan kebijakan ini.

"Sampai dengan saat ini juga masih belum ada sosialisasi Aplikasi tersebut dari Pertanima," ujar Bambang.

Menurut Bambang, masyarakat berhak untuk mendapatkan BBM bersubsidi baik Premium RON 88 maupun Solar. Karena transportasi publik di Indonesia belum terkoneksi dengan baik, serta tidak terjadwal dan tarifnya mahal. 

Maka masyarakat masih harus menggunakan kendaraan pribadi baik mobil maupun sepeda motor agar bisa mempercepat perjalanan serta menepatkan waktu sesuai dengan kebutuhannya dan menekan biaya transportasi. 

"Bila masyarakat menggunakan transportasi publik di Indonesia menjadi sangat mahal bisa jauh lebih mahal daripada menggunakan transportasi pribadi, sehingga dapat dikategorikan masyarakat yang menggunakan transportasi pribadi bukan hanya masyarakat kaya, tetapi juga termasuk masyarakat berpenghasilan rendah yang tujuannya untuk penghematan bila dibandingkan dengan menggunakan transportasi publik," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya