Cak Imin Dinilai Salah Satu Elite Pemrakarsa Literasi Politik Inklusi
- Istimewa
VIVA Politik- Intoleransi masih kerap jadi salah satu masalah utama demokrasi di Tanah Air. Persoalan tersebut karena elite politik dinilai masih minim dalam mempraktikan literasi politik kebangsaan sehingga berpengaruh terhadap kualitas demokrasi.
Demikian dibahas dalam diskusi dan peluncuran buku 'Mata Air Indonesia Maju: Titip Gagasan kepada Cak Imin' yang digelar Rumah Politik Kesejahteraan (RPK), Rabu kemarin.
"Keterlibatan banyak kalangan menengah intelektual dengan gagasan yang jernih atas masalah-masalah kebangsaan dan keadilan penting diketengahkan," kata pegiat masyarakat sipil dan demokrasi, Binny Buchori, dalam keterangannya, yang dikutip pada Kamis, 7 Juli 2022.
Menurut dia, elite politik yang bisa mengimplementasikan narasi kebangsaan dan kesadaran kebhinekaan akan mendukung kualitas demokrasi. Cara itu juga dinilai akan melapangkan jalan untuk melewati banyak ujian.
Kemudian, dia bilang hal itu juga akan membuka diri dan kesediaan memberikan tempat dari para pemimpin. Dia pun menyebut Cak Imin termasuk salah satu elite politik dengan pemikiran serta punya inkslusi politik yang baik.
“Cak Imin tokoh pemimpin pemrakarsa dalam hal itu. Melalui buku ini sebagai langkah yang penuh komitmen yang patut diapresiasi tinggi," jelas Binny.
Sementara, Antropolog Shinta Aulia Rahmah menyampaikan pentingnya literasi politik kebangsaan terutama bagi elite politisi muda. Dia menekankan Indonesia memiliki keragaman dan kebhinekaan yang mesti dirawat.
Menurutnya, kebhinekaan Indonesia sudah lama menjadi modal penting dalam demokrasi Indonesia.
“Cara dan tradisi inklusi yang kita punya harus dipertahankan melalui agenda literasi kepada kalangan muda. Membekali mereka untuk berhadapan dengan potensi politik intoleransi," tutur Shinta.
Adapun buku 'Mata Air Indonesia Maju' yang diterbitkan Rumah Politik Kebangsaaan (RBK) berisi 62 tulisan dengan beragam tema dan ide keindonesiaan masa depan. Salah seorang editor buku, Sabiq Mubarok menjelaskan pembaca disuguhi dengan delapan tema soal: ekonomi inklusif-demokrasi ekonomi, SDM dan jaminan sosial untuk semua, hingga masalah hak asasi manusia dan tantangan dunia digital.
Beberapa penulis buku di antaranya Adriana Elisabeth, Alfrizal Malna, Arie Sujito, Dian Kartika Sari, Ester Jusuf, Teguh Dartanto, Lily Hikam, Binny Buchori, Timer Manurung, Hanif Dhakiri, Sugeng Bahagijo, Sudibyo Markus, Handrawan Nadesul, Laus Deo Calvin Rumayom, Teuku Kemal Fasya, Yanuar Nugroho, hingga I Ngurah Suryawan.
Sementara, dalam pengantarnya, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin menyampaikan Indonesia masa depan mesti dipandu dengan ide-ide besar. Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu menyampaikan ide-ide besar masa depan merupakan visi bahwa setiap warga adalah penting dan harus dilindungi-dilayani secara setara.Â
Dia bilang jangan melayani atau melihat warga dari kelas sosial, agama dan suku bangsanya. Pun, eks Menteri Tenaga Kerja itu juga menyinggung sumber daya yang perlu dikelola secara bersama dan bukan hanya dikuasasi korporasi.Â
"Dan dengan cara itu, Â Indonesia berjuang keras untuk menghentikan kesenjangan-ketimpangansosial ekonomi," kata Cak Imin.