Berbekal Ajaran Klasik Pesantren, Cak Imin Pede Maju Capres pada 2024
- Istimewa
VIVA – Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar alias Cak Imin menyampaikan alasan mengapa dia sangat percaya diri (pede) untuk maju sebagai calon presiden (capres) pada pemilu presiden tahun 2024.
Tidak ada alasan untuk tidak punya nyali maju sebagai capres meski PKB baru memiliki modal 10 persen sebagai syarat pencalonan presidential threshold (PT), katanya. Apalagi selama ini banyak pihak yang mempertanyakan mengapa dian benar-benar mantab maju dalam pemilu presiden 2024.
Menurut Cak Imin, pesantren memiliki konsep yang lengkap dalam hal kepemimpinan maupun pembangunan bangsa dan negara. Kalangan pesantren, katanya, punya doktrin, ajaran, teori, strategi, ilmu kemasyarakatan, ilmu keumatan, kebangsaan hingga lahir darussalam, mabadik khoiru ummah. Kemudian, lahir doktrin keluarga sakinah, ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathoniyah, ukhuwah bashariyah.
”Teori pesantren jauh lebih tua dari teori sosialisme, kapitalisme. Semuanya lengkap, masak kayak gini enggak percaya diri,” katanya saat berpidato pada acara haflah akhirussannah wisuda purnasiswa di Pondok Pesantren Al Ibrohimy, Galis, Bangkalan, Madura, Minggu malam, 26 Juni 2022.
Kaum santri, dia mengingatkan, wajib memiliki kepercayaan diri yang kuat karena memiliki warisan yang kokoh dan mengakar dalam konsep pembangunan mulai dari unit terkecil di lingkup keluarga hingga unit keumatan, kebangsaan, dan kenegaraan. ”Seharusnya pesantren menjadi arus utama yang percaya diri dalam memengaruhi pembangunan bangsa,” ujarnya.
Wakil Ketua DPR RI itu menambahkan, Indonesia sudah pernah menerapkan konsep pembangunan ala sosialisme timur dan cenderung komunisme pada era Bung Karno yang belakangan dikenal dengan pola pikir sosialisme. Pada Era Orde Baru, Soeharto menerapkan model pembangunan leberalisme yang diadopsi dari Amerika Serikat (AS).
”Ujungnya bangkrut. Tahun 1998 rontok. Negara rugi ratusan triliun akibat pemilihan model kapitalisme, liberalisme maka era reformasi lahir, era demokrasi. Era ini siapapun boleh mewarnai jalannya pemerintahan, bangsa, dan negara,” kata Imin.
Karena itu, kata Cak Imin, semua anak bangsa memiliki hak yang sama dalam mewarnai bangsa ini.
”Kita sebagai warga Nahdlatul Ulama yang begitu besar, pesantren-pesantren NU besar, aneh kalau tidak pecaya diri dan tidak ikut mewarnai jalannya pemerintahan dan pembangunan. Kalau sosialisme Bung Karno paling banter sanad-nya (asal usul pemikiran/ideologi) sampai Abad Pertengahan. Kalau kapitalisme, liberalisme, mazhab-nya paling tinggi Eropa [pada] Abad Pertengahan. Kalau kaum pesantren punya sanad sambung ke para wali bahkan para nabi,” ujarnya.
Menurutnya, warisan para ulama dan para wali harus dipegang dan diperjuangkan. ”Perjuangan ini memang panjang. Saat Orde baru 32 tahun NU disia-siakan, tak pernah dapat tempat. Begitu juga sebelumnya, amanah Mbah Hasyim, Mbah Bisri, Mbah Wahab, tidak bisa disempurnakan."
"Alhamdulillah, di bawah naungan perjuangan NU, berbagai tantangan dilewati dan melahirkan reformasi, demokrasi. Sekarang warga NU bebas menentukan langkah. Alhamdulillah, banyak warna NU bisa berkiprah di berbagai level kehidupan. Insyaallah kemajuan umat akan makin nyata,” ujarnya.
Karena itu, menurut Cak Imin, jika presiden, menteri maupun kepala daerahnya dari kalangan santri, Indonesia akan menjadi negara yang adil, makmur, dan sejahtera. Para santri atau komunitas pesantren harus memperjuangkannya.
"Santri tidak akan mendapatkan haknya kecuali berjuang. Tak ada yang gratis. Tak ada yang rela memberikan akses yang baik kecuali kita berjuang sendiri. Tak ada jalan lain kecuali meningkatkan kualitas diri, mendorong semangat juang. Insyaallah warisan Mbah Hasyim, Mbah Bisri, Mbah Wahab kita sempurnakan. Kita ubah Indonesia sesuai harapan para pendiri NU,” ujarnya.