Litbang Sin Po: Pilpres 2024 Bisa 4 Poros, Salah Satu Capres Prabowo

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (tengah).
Sumber :
  • Tim dokumentasi Menhan Prabowo

VIVA – Dinamika menuju Pilpres 2024 yang menyisakan 20 bulan lagi membuat elit partai politik (parpol) melakukan penjajakan koalisi. Safari politik antar ketua umum parpol dan elitenya sudah terlihat kasak kusuk.

Prabowo Cetak Sejarah sebagai Presiden RI Pertama yang Kunjungi Mesir dalam 11 Tahun Terakhir

Kepala Peneliti Litbang Sin Po Syahrial Mayus menyampaikan safari politik yang masih dilakukan elite parpol masih cair dan sangat mungkin berubah. 

Dia mengatakan sejauh ini sementara sudah beberapa koalisi dini seperti Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digawangi Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Lalu, ada juga koalisi Kebangkitan Indonesia Raya yang diinisiasi PKB dan Gerindra.

Jadi Parpol Paling Informatif, Gerindra: Penyemangat bagi Kader Perjuangkan Aspirasi Rakyat

Syahrial menjelaskan dalam mengusung capres mesti dilihat dari komposisi perolehan kursi parpol-parpol di DPR. Kemudian, menurutnya dipermutasikan atau dikombinasikan dengan mengacu aturan ambang batas pencalonan presiden dan wakil presiden atau presidential threshold 20 persen.

Dia merincikan perolehan kursi 9 parpol di DPR yaitu PDIP 22,3 persen, Golkar 14,8 persen, Gerindra 13,6 persen, NasDem 10,3 persen, PKB 10,1 persen, Demokrat 9,4 persen, PKS 8,7 persen, PAN 7,7 persen dan PPP 4,3 persen.

Gerindra jadi Partai Politik Paling Informatif, Ungguli PKS hingga PDIP

Kepala peneliti Litbang Sin Po Syahrial Mayus

Photo :
  • Istimewa

Pun, Syahrial mengatakan dengan komposisi 9 parpol itu maka secara proporsional jika dipermutasikan sebagai koalisi maka jumlah koalisi maksimal hanya 4 poros. "Itu artinya, komposisi koalisi 9 parpol berkursi di DPR RI saat ini hanya bisa menghasilkan maksimal 4 calon presiden," kata Syahrial, dalam keterangannya, Jumat, 24 Juni 2022.

Syahrial menyampaikan dari survei Litbang Sinpo pada 20 Mei 2022-3 Juni 2022, ada beberapa temuan. Salah satunya Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang digadang-gadang nyapres memiliki elektabilitas 28,1 persen. Setelah Prabowo, ada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan 19,4 persen. Lalu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan 14,7 persen. 

Terkait itu, untuk parpol yang berpeluang punya kandidat capres dari internal adalah PDIP. Hal itu merujuk PDIP dengan tiket 22,3 persen, tak perlu berkoalisi dengan parpol lain untuk mengusung capres-cawapres. Sementara, batas presidential threshold adalah 20 persen.

Selanjutnya, parpol yang paling berpeluang mencalonkan kadernya sendiri sebagai kandidat capres adalah Gerindra dan Golkar. Kedua partai ini hanya memerlukan 1 teman koalisi dengan parpol berkursi di DPR RI untuk bisa dapat tiket pencapresan, kecuali dengan PPP.

Sementara itu, untuk NasDem dan PKB yang memiliki sekitar 10 persen kursi DPR mesti berkoalisi. Jika tidak dengan PDIP, Gerindra dan Golkar, maka dua parpol itu membutuhkan minimal koalisi dengan satu parpol.

Syahrial mengatakan dari dinamika sekarang ada beberapa ketum parpol yang digadang-gadang nyapres, Gerindra dengan Prabowo Subianto. Lalu, Golkar yang klaim akan mengusung Airlangga Hartarto. Selain itu, kata dia, ada PKB dengan Muhaimin Iskandar, Demokrat bersama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan PAN dengan Zulkifli Hasan. 

Sementara, PDIP tak mengusung ketumnya, Megawati Soekarnoputri, karena digadang-gadang akan mendorong Puan Maharani. Sisanya, Nasdem, PKS, dan PPP belum menyodorkan nama internal kadernya sendiri untuk posisi capres.

"Di antara nama tokoh-tokoh itu saat ini hanya Prabowo Subianto yang memiliki tingkat elektabilitas paling tinggi," ujar Syahrial. 

Menurut dia, dengan posisi Gerindra yang hanya perlu satu teman koalisi untuk bisa usung capres kecuali PPP, ditambah tingkat elektabilitas Prabowo maka bisa disimpulkan partai berlambang Garuda itu punya peluang besar untuk mencalonkan kader internalnya.

Dia mengatakan, jika skenario berjalan maka Prabowo yang juga Menteri Pertahanan tersebut bisa jadi capres Gerindra. Kondisi itu akan berdampak positif efek ekor jas atau coattail effect dari pencalonan ketua umumnya tersebut. 

Selain efek ekor jas, saat ini tingkat elektabilitas Gerindra juga sangat baik. Merujuk hasil survei Litbang Sin Po dalam rentang waktu 20 Mei 2022 3 Juni 2022, elektabilitas Gerindra di posisi kedua setelah PDIP.

"Dengan elektabilitas Prabowo di urutan teratas sebagai capres, ditambah Gerindra hanya perlu cari satu teman koalisi untuk bisa dapat tiket pencapresan, sepertinya peluang itu sangat mungkin terjadi," tutur Syahrial.

Dalam survei Litbang Sin Po, pengumpulan data survei dilakukan terhadap 1.200 responden dalam rentang waktu 20 Mei 2022-3 Juni 2022. Survei ini menggunakan metode sampling multistage random sampling.

Pun, margin of error plus minus 2,83 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara tatap muka langsung dengan responden menggunakan kuesioner.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya