Waketum Garuda: Saya Ingin Menyelamatkan, Bukan Politisasi buruh
- VIVA.co.id/ Edwin Firdaus
VIVA – Pimpinan Partai Buruh Saiq Iqbal merespons sindiran Wakil Ketua Umum Partai Garuda Teddy Gusnaidi soal ancaman mogok nasional jika pemerintah tak memenuhi beberapa tuntutan termasuk soal Omnibus Law UU Cipta Kerja. Said mengatakan Partai Buruh tidak mempolitisasi buruh.
Menanggapi itu, Teddy Gusnaidi kembali menyindir Said Iqbal. Dia meminta agar Saiq Iqbal selaku Presiden Partai Buruh dan pimpinan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) berani membuktikan rencana mogok besar.
"Tapi lagi-lagi seperti biasa, hanya omong besar, karena tidak berani menyebutkan tanggal mogok kerja nasional, malah sibuk menuding bahwa ucapan saya tidak akan didengar oleh buruh," kata Teddy, dalam keterangannya, Minggu, 19 Juni 2022.
Menurutnya, jika benar terjadi mogok kerja jutaan buruh maka tudingan terhadapnya benar. Namun, sebaliknya bila mogok kerja nasional jutaan buruh tak terjadi maka ucapannya didengar.
Teddy mengatakan hanya menyampaikan argumen bahwa buruh jangan mau dipolitisasi. Ia mengatakan memberikan penjelasan berdasarkan aturan hukum kepada buruh.
"Saya ingin menyelamatkan buruh dan keluarga buruh, bukan mempolitisasi buruh seperti mereka, yang bisa merugikan buruh dan keluarga buruh," tutur Teddy.
Kemudian, ia menekankan kondisi saat ini bahwa tuntutan Said Iqbal dan organisasi buruh tak bisa temui. Maka itu, seharusnya ancaman mogok nasional bisa dibuktikan.
"Artinya, mereka harus penuhi ancaman mereka untuk mogok kerja nasional. Kelompok ini dari dulu terkenal hanya bermulut besar tapi bernyali kecil, ancamannya tidak pernah direalisasikan," sebut Teddy.
Sebelumnya, Said Iqbal menyampaikan pihaknya tidak mempolitisasi buruh. Menurut dia, saat ini buruh tengah berjuang dengan kendaraan politik.
Bagi dia, hal itu lazim seperti negara lain di Brasil, Australia, Jepang, dan lain-lain. Pun, Said mengatakan mogok nasional buruh bisa atau tidak dilakukan bukan karena pernyataan seseorang termasuk Teddy Gusnaidi.
Said menyindir suara Teddy tidak akan didengar karena tak mengerti terkait buruh.
"Mogok nasional dilakukan bila omnibus law UU Cipta Kerja yang tidak berkompromi dengan buruh disahkan. Bukan karena omongan Teddy, yang tak akan pernah didengar para buruh. Karena dia tidak mengerti tentang buruh," ujarnya.