Pengamat: Puan Punya Pengalaman dan Teruji, Tak Genit Pencitraan
- Dok. DPR.
VIVA – Salah satu politisi yang disebut memiliki peluang untuk maju di Pilpres 2024, adalah Puan Maharani. Sosok ini digadang-gadang, karena pengalaman panjang dalam pemerintahan dan parlemen.
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Pancasila Gede Moenanto Soekowati mengatakan, dengan pengalaman panjang itu Puan sebenarnya sudah layak. Terkait elektabilitas yang masih rendah, menurutnya karena Puan bukan politisi yang genit pencintraan.
"Secara pengalaman dan kinerja, Puan tentunya sudah teruji. Dia memenuhi kriteria seorang pemimpin," kata Gede Moenanto, Senin 16 Mei 2022.
Sejak muda, Puan sudah mendampingi sang ibu yakni Megawati Soekarnoputri dalam kegiatan politik. Walau saat itu di era Orde Baru. Hingga proses politik di PDI saat itu Puan juga mengalami, hingga kemudian terbentuk PDI Perjuangan saat Reformasi.
"Bisa dibilang, Puan sudah ditempa sejarah. Dia dari muda sudah diajak oleh ibundanya Megawati Soekarnoputri dalam berbagai kegiatan politik," katanya.
Tempaan politik sedari muda itu membuat sosok Puan dinilai punya pengalaman panjang. Apalagi karir politik itu semakin tinggi setelah ikut pemilu di 2009. Bahkan mendapat suara terbanyak.
Ketika itu Puan maju melalui daerah pemilihan Jawa Tengah 5 (Surakarta, Sukoharjo, Klaten, dan Boyolali), dan berhasil mengantongi 242.504 suara, terbanyak kedua secara nasional.
"Itu tentunya hasil kerja keras beliau selama ini. Sejak awal, beliau memang sudah dipersiapkan untuk menjadi pemimpin," jelasnya.
Di DPR, Puan dipercaya untuk memimpin Fraksi PDIP. Bahkan saat itu, menurut Moenanto Puan mampu memimpin sebagai fraksi dan partai oposisi pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat itu.
Sikap di DPR itu menurutnya memberi dampak besar bagi PDIP. Sehingga pada Pemilu 2014, partai tersebut berhasil keluar sebagai pemenang pemilu legislatif.
"Artinya di bawah kepemimpinan Puan, Fraksi PDIP memang sejalan dengan masyarakat dalam mengkritik berbagai kebijakan SBY yang saat itu dianggap tidak tepat," katanya.
Di Pemilu 2014, Puan kembali masuk DPR dengan suara yang juga tidak sedikit, terbanyak kedua nasional. Tetapi ia melepaskan kursi di parlemen setelah dipercaya oleh Presiden Joko Widodo sebagai Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK).
Direktur Pusat Kajian Komunikasi Politik Indonesia (PKKPI) itu menilai, kinerja Puan selama menjadi menteri 2014-2019 terbilang cukup baik.
"Ini terbukti dengan dipertahankannya Puan sampai masa jabatan Jokowi-Jusuf Kalla berakhir pada 2019. Padahal waktu itu banyak sekali menteri-menteri hebat yang kena reshuffle, termasuk yang berasal dari parpol pendukung," katanya.
Pada Pemilu 2019, masyarakat tetap mempercayakan Puan untuk duduk di parlemen. Cucu Presiden Soekarno itu bahkan terpilih sebagai Ketua DPR. Perempuan pertama yang menjadi ketua di lembaga legislatif tersebut.
"Memimpin DPR dengan 575 anggota itu tentu bukanlah hal yang mudah. Apalagi yang yang dipimpin itu elit-elit di republik ini dan berasal dari partai-partai yang berbeda. Tapi Puan mampu melakukan itu, terbukti sejak kepemimpinan Puan relatif tidak pernah ada masalah atau konflik di internal DPR," jelasnya.
Pengalaman panjang ini, menurutnya membuat dia yakin kalau Puan sudah cukup layak untuk di Pilpres 2024. Satu-satunya tantangan Puan, menurut dia adalah bagaimana meningkatkan elektabilitas. Sebab kompetitor lainnya terus naik.
Puan memang bukan politisi yang genit akan pencitraan. Menurutnya, ini yang membedakan dengan kandidat lainnya yang cukup mampu menunjukkan citra merakyat.
"Mungkin memang sudah karakteristik Puan yang enggan berpura-pura untuk dekat dengan rakyat. Tapi dalam negara demokrasi dimana pemimpinnya dipilih langsung oleh masyarakat, tentunya pencitraan ini juga penting. Ini yang masih harus ditingkatkan lagi oleh Puan dan timnya," kata Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran ini.