Jubir Demokrat Cibir Rival Emil Dardak: Baru Jadi Anggota DPRD

Kepala Badan Komunikasi dan Strategi Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Pimpinan pusat Partai Demokrat merilis pernyataan untuk meluruskan kabar seputar pemilihan ketua Partai Demokrat Jawa Timur setelah Emil Elestianto Dardak dipilih untuk memimpin partai di provinsi itu, menyingkirkan rivalnya, Bayu Airlangga.

Demokrat Dukung PPN 12 Persen Asal Tak Menyasar pada Kebutuhan Pokok Rakyat

Menurut Koordinator Juru Bicara DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra, ada sedikitnya dua pertimbangan utama mengapa pimpinan pusat, termasuk ketua umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), memilih Emil Dardak, bukan Bayu Airlangga. Bayu merupakan anggota DPRD Jawa Timur yang juga menantu Soekarwo alias Pakde Karwo, mantan gubernur Jawa Timur dan mantan ketua Partai Demokrat setempat.

"Pertama, Emil pernah menjadi bupati. Lalu, saat ini dia sedang mengemban amanah wakil gubernur. Sementara Bayu sendiri baru menjadi anggota DPRD Provinsi. Jelas, pengalaman di dunia politik jauh lebih matang Emil dibandingkan Bayu," kata Herzaky dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 22 April 2022.

AHY Jadi Doktor Lulusan Terbaik Unair, Titip Pesan untuk Calon Wisudawan

Emil Dardak

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Selain itu, saat uji kepatutan dan kelayakan yang direkam oleh pihaknya, wujud pengalaman Emil Dardak tampak saat ia lebih menguasai persoalan, pemetaan persoalan, maupun usulan solusi, termasuk rencana membirukan Demokrat di Jawa Timur.
 
"Demokrat sendiri sebelum era Pakde Karwo, pernah menjadi nomor satu di Jawa Timur. Sedangkan sekarang di peringkat kelima. Sekarang, Demokrat di Jawa Timur solid. Tidak ada lagi pendukung Emil dan pendukung Bayu. Yang ada hanya satu kubu, kubu AHY," ujarnya.

Pernyataan Bisnis Indonesia soal Tindakan Kasar Tim Protokoler Menko AHY Terhadap Jurnalis

Musda Partai Demokrat Jawa Timur, katanya, juga menjadi bukti bhawa kepemimpinan AHY telah menghapus budaya politik uang dalam momen-momen kontestasi internal, termasuk musda. Musda untuk mengusulkan calon ketua terbaik, bukan dalam konteks menang-menangan suara karena masih ada tahapan uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) setelah musda.

"Tahapan fit dan proper test dimunculkan dan disepakati di AD/ART Partai Demokrat karena di waktu lampau keunggulan suara yang diperoleh ketua terpilih di musda ada indikasi dan fakta terjadinya money politics," kata Herzaky.

Dia berdalih, AHY berupaya menghapus money politics di Partai Demokrat dengan memastikan pelaksanaan tahapan fit and proper test sesuai dengan AD/ART Partai Demokrat tahun 2020.

Menang suara tapi tak dipilih

Dalam Musda VI Partai Demokrat Jawa Timur di Surabaya pada 20 Januari 2022, Emil Dardak kalah jumlah dukungan suara dengan Bayu Airlangga. Emil Dardak hanya mendapatkan dukungan suara 13 DPC, sedangkan Bayu meraih suara 25 DPC.

Namun Bayu tak otomatis menjadi ketua meski memenangi jumlah dukungan suara. Sebab, sesuai aturan partai, ada mekanisme berikutnya yang mesti dilalui, yakni uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) yang diselenggarakan oleh pimpinan pusat Partai Demokrat pada 31 Januari 2022.

Bayu dan Emil, dalam forum fit and proper test itu, mempresentasikan visi dan misi serta program masing-masing di hadapan AHY, Sekretaris Jenderal Teuku Rifky, dan Ketua BPOKK Herman Khaeron.

Hasil fit and proper test, ketua terpilih, awalnya dijadwalkan diumumkan pada Februari tetapi mulur hingga dua bulan kemudian. Pada 31 Maret, pimpinan pusat Partai Demokrat, sebagaimana dikonfirmasi oleh Herman Khaeron, mengumumkan telah memilih Emil Dardak sebagai ketua terpilih Demokrat Jawa Timur.

Segera setelah itu muncul suara-suara kekecewaan dari sejumlah pendukung Bayu meski sempat diredam dengan beberapa klarifikasi bahwa semua cabang Demokrat di Jawa Timur mendukung keputusan AHY memilih Emil.

Pada 22 April, Bayu menyatakan secara terbuka bahwa dia, sehari sebelumnya, telah mengundurkan diri sebagai kader Partai Demokrat sebagai bentuk protes terhadap mekanisme pemilihan yang dia anggap tak demokratis. Bayu merasa dia dan para pendukungnya telah "dizalimi" dan, karena itu, "tidak ada pilihan lain selain mundur dari partai”.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya