Bima Arya Siap Maju di Pilkada DKI, Anggap Pertarungan Lebih Mudah
- VIVA/Rosikin
VIVA – Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto tak ragu-ragu menunjukkan niatnya untuk maju mencalonkan diri dalam pilkada DKI Jakarta tahun 2024. Dia mengakui memang ada yang menyarankannya maju dalam pilkada Jawa Barat tetapi dia berterus terang merasa lebih tertantang berkompetisi di DKI Jakarta.
Meski sebagian kalangan menaksir pilkada DKI Jakarta akan lebih berat dan keras dibanding pilkada Jawa Barat, Bima justru menganggap sebaliknya. Bisa jadi, katanya dalam wawancara eksklusif dengan The Interview di Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis, 7 April 2022, pilkada DKI Jakarta tak seberat yang banyak orang bayangkan.
"Mungkin Jakarta lebih berat? Bisa jadi enggak," katanya. Sebaliknya, dia melanjutkan, "mungkin Jawa Barat yang lebih berat, ketika konfigurasi aktornya ternyata mengarah kepada pertarungan yang lebih ketat di Jawa Barat."
Berdasarkan hitung-hitungan sederhana, katanya, pilkada Jawa Barat akan lebih menghabiskan banyak biaya dan energi terutama karena provinsi itu populasinya terbesar di Indonesia dan wilayahnya lebih luas dibanding Jakarta. Ditambah lagi, tak semua wilayah di Jawa Barat terjangkau teknologi informasi untuk memudahkan kampanye, sosialisasi, dan komunikasi dengan masyarakat sehingga mesti mengandalkan metode tatap muka.
Pada intinya, kata Bima, pilkada Jawa Barat akan "high cost (berbiaya mahal) luar biasa". Sedangkan dalam pilkada DKI Jakarta, menurutnya, "boleh diasumsikan pertarungannya lebih keras, tapi kalau kita punya cara yang pas, dengan memanfaatkan IT (teknologi informasi), dan komunikasi publik yang efektif lewat media, mungkin tidak sekeras dan seberat Jawa Barat".
Wakil Ketua Umum PAN itu juga memedomani tiga prinsip utama untuk memenangi kontestasi politik, berdasarkan pengalamannya dua kali mencalonkan diri sebagai wali kota Bogor, dan menang. Pertama, tren hasil survei yang bagus--popularitas dan elektabilitas meningkat yang ditunjukkan dengan data survei. Kedua, momentum politik yang tepat dan berpihak. Ketiga, komunikasi politik yang mampu menggalang banyak dukungan.
Dia menegaskan, nama beken bukan merupakan jaminan untuk memenangi pertarungan politik. Karena itu, kala ditanya kesiapannya jika mesti berkompetisi dengan Risma, Riza Patria, Gibran, atau figur populer lainnya, Bima menekankan, "Jadi, buat saya, itu bukan isu yang utama; itu isu yang relatif".
Dia mencontohkan ketika kali pertama mencalonkan diri sebagai wali kota Bogor pada pilkada tahun 2014. Kala itu, katanya, tak ada warga yang mengenal nama maupun profilnya, meski sebelumnya dia sering tampil di televisi sebagai pengamat politik.
"Saya [waktu itu] mungkin sering tampil di TV. Tapi warga, RT, RW, LPM, Karang Taruna, ibu-ibu PKK, enggak kenal saya. Survei saya kecil di awal," katanya. "Tapi saya menghadapi incumbent waktu itu, dengan jaringan partai yang luar biasa kuat. Menang."