Salim Segaf: Elite Parpol Harus Belajar Politik Adiluhung dari Natsir

Ketua Majelis Syura PKS Salim Segaf Al Jufri dan Ketua F-PKS Jazuli Juwaini
Sumber :
  • Twitter Fraksi PKS @FPKSDPRRI

VIVA – Elite partai politik di Tanah Air diminta bisa mencontoh Muhammad Natsir dalam mengatasi persoalan ancaman disintegrasi nasional. M. Natsir dianggap sebagai tokoh visioner dengan jiwa serta pikiran besar.

ICW Catat 33 Provinsi Gelar Pilkada Terindikasi Kuat Punya Paslon Terafiliasi Dinasti Politik

Demikian disampaikan Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Salim Segaf Aljufri saat Mimbar Demokrasi dan Kebangsaan Peringatan 'Mosi Integral Muhammad Natsir 3 April 1950'.

Salim menyebut Natsir sebagai tokoh pemersatu bangsa yang berhasil mengembalikan wilayah Indonesia serikat bentukan Belanda ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Menurutnya, ada empat pelajaran penting yang bisa diambil dari sosok Natsir.

Jelang Pencoblosan Pilkada Serentak, MUI Ingatkan Masyarakat Pilih Pemimpin Hukumnya Wajib

"Pertama, Natsir punya jiwa dan pikiran besar untuk Indonesia. Visioner, dan melampaui problematika bangsanya. Bangsa ini bangsa besar. Butuh konsepsi besar untuk menjaga keutuhannya," kata Salim, dalam keterangannya, yang dikutip pada Selasa, 5 April 2022.

Pun, ia menyebut Natsir memliki kejelian dalam menemukan dan membangun titik temu kebangsaan. Dia mengagumi Natsir sebagai tokoh politik yang cerdas, santun, elegan, dan pandai berkomunikasi. 

Bawaslu Wanti-wanti Paslon di Kampanye Terakhir: Cegah Politik Uang dan Fitnah, Fokus Program

Ketua Majelis Syura PKS Salim Segaf Al Jufri dan Ketua F-PKS Jazuli Juwaini

Photo :
  • Istimewa

Selain itu, tokoh Partai Masyumi itu dinilai Salim juga lihai dalam urusan lobi kebangsaan sehingga bisa menyatukan NKRI dengan mosi integralnya. Menurutnya, Natsir sebagai ulama menegaskan tak ada dikotomi antara agama dan nasionalisme. 

"Baginya menjadi nasionalis berarti harus agamis. Sebaliknya, menjadi agamis berarti harus nasionalis. Tidak ada perdebatan," jelas eks Menteri Sosial tersebut. 

Kemudian, ia mengenang sosok Natsir yaitu tokoh yang bisa mempraktikkan politik adiluhung atau high politic. Bukan politik pragmatis apalagi oportunis. 

Bagi Salim, elite partai terutama pejabat publik dari partai dan golongan manapun bisa menyuguhkan politik dengan menjunjung tinggi etika. Selain itu, penting juga moralitas berlandaskan Pancasila dan konstitusi UUD 1945.

"Sifat-sifat ambisius dan oportunistik dalam berpolitik yang akan merusak demokrasi dan menghancurkan kohesi sosial dan integrasi nasional kita," tutur Salim.

Sementara, Ketua Fraksi PKS di DPR, Jazuli Juwaini mengatakan peringatan mosi integral M. Natsir digelar setiap tahun. Dia bilang acara ini diinisiasi Fraksi PKS DPR untuk menghormati jasa M. Natsir sebagai pahlawan NKRI.

Menurut Jazuli, penting menyambung mata rantai sejarah. Harapannya agar tak terputus sehingga generasi bangsa punya komitmen kuat untuk menjaga integrasi Nasional. 

Adapun dalam mimbar peringatan mosi integral M. Natsir, hadir pula Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto sebagai pembicara. Selain itu, ada cendekiawan Muslim Azyumardi Azra, dan Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya