Ridwan Kamil Meramal Karier Politiknya: Capres atau Gubernur Lagi
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mulai secara terbuka mengungkapkan hasratnya untuk berlaga dalam momentum politik pemilu presiden tahun 2024. Dia berterus terang sedang bekerja dengan baik menjalankan amanat sebagai gubernur tetapi sekaligus berupaya meningkatkan potensi elektoralnya untuk menyongsong pemilu presiden.
Namun, sebagaimana dia katakan dalam wawancara khusus dengan The Interview di Bandung pada Jumat, 11 Maret 2022, Ridwan menyadari bahwa politik bukan hasil hitung-hitungan matematis. Bahkan, katanya, seringkali 'garis tangan' alias takdir yang lebih menentukan ketimbang angka-angka statistik hasil survei dan riset.
Kalau kelak peluangnya menjadi calon presiden maupun calon wakil presiden cukup besar, Ridwan bertekad tak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. "Ya, bismillah," katanya. "Tapi kalau pintu tidak terbuka, apakah jadi akhir karier politik saya, kan enggak; masih ada jatah gubernur dua kali (sekali lagi untuk Ridwan Kamil)."
Dia bercerita tentang pengalamannya kali pertama masuk ke dunia politik ketika menjadi calon wali kota Bandung. Kala itu, katanya, dia nyaris tak memiliki pengalaman politik karena latar belakang profesinya sebagai arsitek. Dia menyadari pula bukan kader partai politik, tidak hanya saat mencalonkan wali kota Bandung pada 2013 tetapi juga ketika berlaga dalam pilkada Jawa Barat pada 2018. "Dua kali pilkada, saya tidak sebagai kader partai, tapi bisa menang," katanya.
Riwayat yang sedikit menyerupai tentang betapa tak matematisnya politik, katanya, kejutan saat Ma'ruf Amin dipilih oleh Joko Widodo sebagai calon wakil presidennya pada pemilu 2019. Nama Ma'ruf Amin sebelumnya nyaris tak pernah disebut sebagai calon wakil presiden, apalagi calon presiden.
"Contoh, Pak Ma'ruf Amin. Mana ada balihonya. Tiba-tiba Allah menakdirkan beliau jadi pemimpin nasional, jadi wapres. Ada 'belokan-belokan' yang belum datang [ketika satu momentum politik masih jauh dari waktu pelaksanaan]," katanya.
Yang pasti, Ridwan menekankan, apa pun takdirnya kelak, dia akan tetap memedomani satu prinsip hidupnya bahwa setiap orang harus memberi manfaat kepada orang lainnya. "Bermanfaat bisa jadi ketua RT, jadi dosen bisa, jadi arsitek bisa, jadi gubernur periode kedua--kan banyak. Jadi poinnya, orang kayak saya, multidimensi: kalau enggak di politik, ladang amalnya banyak, panggungnya banyak," ujarnya.