Legislator Demokrat Beri Catatan Penting Terkait MotoGP Mandalika

Dede Yusuf.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Adi Suparman

VIVA – Ajang balap MotoGP 2022 di Sirkuit Pertamina Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) selama 18-20 Maret, dinilai sukses. Gelaran MotoGP bahkan dinilai berjalan lancar serta menunjukkan berbagai kearifan lokal.

Tim Gresini Racing Gemilang di MotoGP 2024, Federal Oil Percaya Diri Hadapi Musim Depan

Kendati demikian, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf mengingatkan masih perlu adanya evaluasi yang harus menjadi perhatian bersama. Di antaranya soal penyelenggaraan, terutama masalah tiket dan prosedur transportasi pengunjung yang sudah beli tiket.

Pasalnya, Dede Yusuf mengungkapkan, beberapa hari yang lalu sempat viral di media sosial tentang transportasi pengunjung yang semrawut. Dikatakan panitia bahwa dilarang masuk ke arena menggunakan mobil, namun transportasi dari lokasi parkir ke arena penonton menggunakan bus. 

Cara Ini yang Menurut Legislator Demokrat Fathi Bisa Cegah Masyarakat Terjerat Pinjol Ilegal

Penonton MotoGP Mandalika.

Photo :
  • VIVA/Yunisa Herawati

Namun karena jumlah bus yang tidak memadai, akhirnya banyak orang harus jalan kaki di tengah teriknya sinar matahari sehingga banyak orang harus bolak-balik dari arena ke parkir.

Pedasnya Mulut Adik Valentino Rossi, Singgung Jorge Martin bisa Juara Dunia

“Ini catatan penting bahwa dalam penyelenggaraan kita tidak boleh hanya fokus pada international guest-nya tapi kan pengunjung yang membayar uang dua juta, tiga juta untuk tiket mereka juga berhak mendapat fasilitas. Mestinya harus disiapkan dengan sarana-sarana, termasuk ticketing yang juga katanya sulit banget, antre ticketing sampai berjam-jam ini juga enggak bagus,” kata Dede Yusuf dalam keterangannya dikutip awak media, Rabu, 23 Maret 2022.

Wakil Ketua Komisi X DPR RI itu juga meminta Sirkuit Mandalika dapat menjadi sport tourism, tidak untuk gelaran MotoGP saja. Menurut politikus Partai Demokrat itu, Sirkuit Mandalika adalah sirkuit dengan standar internasional karenanya harus ada kerja sama dengan industri sport otomotif dan pariwisata.

“Kalau kita tidak masuk dalam lingkaran agenda internasional ini, ya maka kita belum tentu bisa mengadakan event begitu lagi, itu yang pertama. Atau yang kedua kita sendiri menjadi tuan rumah, jadi namanya kita membuat apalah nanti ke depan, Lombok GP atau segala macam ya," ujarnya. 

Dia menambahkan, "Jadi memang harus ada itu untuk meng-attract orang untuk datang dan menggunakan fasilitas, kalau tidak maka race ini akhirnya tidak bisa termanfaatkan dengan optimal padahal anggaran yang kita keluarkan triliunan di sana."

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya