Hasto: Bung Karno Selalu Ingin Kepemimpinan Indonesia Diakui Dunia
- Istimewa
VIVA – Satu hal yang perlu dipahami banyak orang, bahwa kepemimpinan yang dibangun Soekarno atau Bung Karno, adalah selain misi melawan kolonialisme, juga mendorong dunia yang jauh lebih adil.
Setidaknya itu yang disampaikan mahasiswa doktoral Universitas Pertahanan RI atau Unhan, Hasto Kristiyanto, dalam simposium nasional mengenai pemikiran Proklamator Bung Karno. Saat memberi paparan dalam Simposium Nasional Relevansi Geopolitik Sukarno bagi Kepentingan Nasional dan Pertahanan Negara, Hasto menyimpulkan enam hasil pemikiran geopolitik Bung Karno.
"Pertama, Irian Barat dapat dibebaskan dari kolonialisme Belanda. Kedua, kepemimpinan Indonesia diakui dunia," kata Hasto.
Tidak hanya itu, ia melanjutkan saat itu Bung Karno juga mampu membawa Angkatan Perang Republik Indonesia terkuat di bumi selatan. Bahkan Presiden Pertama RI itu sampai mengajukan restrukturisasi Dewan Keamanan PBB.
"Soekarno juga mendapat gelar Pahlawan Islam dan Kemerdekaan dalam Konferensi Islam Asia Afrika 1965," lanjut Sekjen DPP PDIP itu.
Saat dunia dihadapkan pada perang dua kubu, dari blok barat dan blok timur, Bung Karno mengubah tatanan dengan membuat gerakan non-blok. Dengan tujuan membangun kekuatan bangsa-bangsa baru yang membangun koeksistensi damai. Juga bercita-cita mewujudkan tata dunia yang lebih demokratis dan berkeadilan.
Kenapa pemikiran geopolitik Bung Karno demikian, diantaranya menurut Hasto karena didasari oleh idiologi Pancasila. Dimana kandungannya adalah mengenai kemanusiaan, internasionalisme, keadilan, dan penghormatan kemerdekaan sebagai hak segala bangsa.
Bung Karno juga ingin membangun tata dunia baru, di mana Pancasila menjadi tahapan lebih lanjut. Bahkan puncak dari ideologi-ideologi besar yang ada saat itu.
"Pemikiran Bung Karno berdasarkan postulat bahwa dunia akan damai apabila bebas dari imperialisme dan kolonialisme," kata Hasto.
Hasto juga menilai Bung Karno ingin membangun solidaritas antarbangsa untuk mengedepankan koeksistensi damai menghadapi realitas dunia yang anarkistis. Dunia yang demokratis juga diperjuangkan Bung Karno. Yakni yang sejajar, berkeadilan. Tentu lanjutnya, hal ini beda dengan geopolitik barat yang melakukan intervensi atas nama demokrasi.
Lanjut Hasto, pemikiran geopolitik Soekarno merupakan falsafah bagi kepemimpinan Indonesia bagi dunia. Dalam mewujudkan kepemimpinan itu, tambah Hasto, supremasi ilmu pengetahuan dan teknologi dikedepankan, antara lain melalui kebijakan perguruan tinggi sebagai city of intellect.
"Terakhir, ada korelasi antara pemikiran geopolitik Soekarno dalam memperjuangan kepentingan nasional Indonesia melalui diplomasi luar negeri dan diplomasi pertahanan di dalam mewujudkan tatanan dunia baru yang bebas dari kolonialisme dan imperialisme," katanya.