Haikal Hassan: Holocaust Itu Hoax Terbesar!
- tvOne
VIVA – Keberadaan Museum Holocaust Yahudi di Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara yang diresmikan awal Februari 2022 menuai kontroversi. Banyak pihak meminta agar museum itu ditutup karena dinilai melanggar konstitusi dan berpotensi ganggu kerukunan beragama.
Demikian dibahas dalam Catatan Demokrasi tvOne yang menghadirkan sejumlah pembicara antara lain Pembina Rekat Indonesia, Haikal Hassan dan pendiri Museum Holocaust Indonesia, Yaakov Baruch.
Di awal sesi acara, presenter beri kesempatan untuk Yaakov menyampaikan alasan mendirikan Museum Holocaust. Salah satu alasan Yaakov karena ada keluarganya yang jadi korban tragedi Holocaust.
"Kami dari keluarga melakukan sesuatu untuk mengenang peristiwa ini. Itu alasan pertama ya," kata Yaakov dikutip VIVA pada Rabu, 9 Februari 2022.
Dia menjelaskan alasan kedua yaitu karena sebagai seorang dosen. Ia mengaku ingin punya pusat studi. Menurutnya, museum ini bisa menjadi sarana edukasi.
"Di mana mahasiswa dan pelajar bisa mengambil data-data tentang Holocaust," tutur Yaakov.
Setelah Yaakov panjang lebar jelaskan alasan pendirian Museum Holocaust, presenter beri kesempatan bicara terhadap Haikal Hassan.
Haikal mengatakan ada rencana untuk melihat langsung Museum Holocaust di Minahasa, Sulut. Dia mau datang ke museum tersebut dan menemui Yaakov jika kasus COVID-19 di Tanah Air sudah mereda.
Haikal mengkritik cara yang Yaakov mendirikan Museum Holocaust. Dia mengatakan punya literatur terkait sejarah Holocaust.
"Sekarang pak, saya juga punya sejarah. Dan, sejarah menyatakan, saya punya data sensus penduduk Yahudi di dunia tahun 1933. Dan, yang namanya sejarah itu, nggak bisa dihitung mundur," kata Haikal.
Dia menceritakan angka kematian dalam tragedi Holocaust itu disebut 6 juta hingga 11 juta jiwa. Padahal, sensus tahun 1933 itu penduduk Yahudi tidak mencapai angka seperti itu.
Kata Haikal, penduduk Yahudi saat itu 2,5 juta jiwa di Rusia. Sisanya, berada di tempat lain. Lalu, Yahudi yang berada di Jerman pada 1933 itu hanya 495 ribu jiwa.
Dia menyinggung posisi tegas Indonesia terhadap Israel dengan sikap dari Presiden RI pertama Soekarno hingga saat ini Jokowi. "Terus ada orang seperti bapak, grupnya bapak membela-bela Israel," tutur Haikal.
Haikal pun bertanya ke Yaakov. "Sebenarnya bapak pro Presiden RI atau pro Israel? Itu pertanyaan saya," kata Haikal.
Menjawab pertanyaan Haikal, Yaakov mengatakan dari paparan sebelumnya sudah clear bahwa tak kaitan dengan Israel. Dia mengatakan sebagai warga negara Indonesia mengenal sejarah Holocaust. Dan, saat itu, belum ada negara Israel.
"Tidak ada relevansi menurut saya. Saya ingin sejarah ini tidak dilupakan dalam arti ini tragedi kemanusiaan. Sehingga kalau ada pihak yang membawa konflik Israel-Palestina, ya saya menyayangkannya gitu," ujar Yaakov.
Dia pun sempat menyinggung di Palestina juga ada Museum Holocaust.Â
Haikal merespons pernyataan Yaakov. Dia mengaku pernah mengunjungi Museum Holocaust di Palestina. Namun, bagi dia, museum itu masih wajar berada di negara tersebut. Berbeda jika museum itu berada di Indonesia.
"Tapi, pak di Indonesia, kita punya konstitusi. Bapak tidak akan bisa bedakan dan tidak pernah bisa lepaskan antara yang namanya Yahudi dengan Israel," tutur Haikal.
Haikal mengatakan sudah membaca 6 seri buku berjudul The Second World War karya penulis yang juga eks Perdana Menteri Britania Raya, Winstone Churchill. Menurut dia, tak ada satu pun dokumen yang mendukung Holocaust. Kata dia, Holocaust masih kontroversi.Â
Pun, ada buku yang ditulis seorang korban Nazi bernama Paul Regnier. Dia bilang dalam buku itu, Paul menceritakan kesaksiannya terkait tragedi Holocaust.
"Beliau mengatakan tidak ada penyiksaan seperti itu, Yang ada 182 ribu orang saja yang terbunuh," jelas Haikal.
Menurut dia, kalau bicara tragedi kemanusiaan mestinya melihat warga Bosnia dan Herzegovina yang dibantai Serbia. Lalu, jumlah penduduk Irak yang banyak terbunuh oleh Amerika.
"Berapa jumlah penduduk Libya yang disikat oleh Amerika dan sekutunya, Berapa jumlah penduduk Libanon yang disikat, Jadi, ini pak terlalu berlebih-lebihan. Dan, sangat terlalu kelihatan membelanya," ujar Haikal.
Dia menyoroti argumen Yaakov bahwa pendirian Museum Holocaust adalah sejarah. Haikal bilang dirinya bisa ungkap sejarah lebih detail untuk Yaakov.
"Saya bisa ungkapkan sejarah lebih detail ketika saya datang bertemu bapak untuk menyampaikan bahwa Holocaust itu adalah hoax terbesar!" kata Haikal.
Haikal mengatakan demikian karena dia juga mengutip pendapat dari beberapa tokoh seperti politikus Amerika Serikat, Arthur Jones.
"Bapak mungkin kenal Arthur Jones, sangat terkenal di Amerika, ahli sejarah. Saya punya catatan dan saya punya komunikasi dengan Prof Holocaust yang menyatakan Holocaust tidak sebesar itu. Dan tidak perlu dibesar-besarkan," ujar Haikal.