Minta Kajati Berbahasa Sunda Dipecat, Arteria: Isunya Dipelintir

Anggota DPR Arteria Dahlan
Sumber :
  • Instagram/@arteriadahlan

VIVA – Politikus PDI Perjuangan (PDIP) sekaligus Anggota DPR Arteria Dahlan jadi sorotan publik karena pernyataannya yang meminta Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) dicopot dari posisinya karena berbahasa Sunda saat rapat resmi. Dia menjelaskan kronologinya soal omongannya tersebut.

Tom Lembong Sebut Nama Jokowi: Saya Selalu Berkoordinasi Selama Jadi Menteri Perdagangan

Arteria mengatakan saat itu tengah rapat kerja atau raker antara Komisi III DPR dengan Kejaksaan Agung pada Senin, 17 Januari 2022. Dia menyampaikan sekitar 15 menit terkait beberapa isu menyangkut Kejaksaan.

"Banyak hal yang kita bicarakan. Tapi, yang memang di-highligt, isunya dipelintir, istilah saya. Seolah-olah menggunakan Bahasa Sunda itu kejahatan," kata Arteria dalam Kabar Petang tvOne yang dikutip VIVA pada Kamis, 20 Januari 2022.

11 Orang Diperiksa soal Kasus Korupsi Impor Gula, Ada Stafsus Tom Lembong

Dia mengatakan tak ada maksud sama sekali omongannya menyinggung Bahasa Sunda. Arteria menekankan saat raker tersebut mengingatkan agar Kejaksaan solid sebagai korps Adhyaksa.

"Tidak boleh ada kepala kejaksaan yang tinggi yang melawan Jaksa Agung. Jadi, jelas ada adresat yang saya sampaikan. Mungkin ada orang-orang yang unhappy, mungkin saja," lanjut Arteria.

Kasus Suap Vonis Bebas Ronald Tannur, Eks Hakim Tipikor MA Diperiksa Kejagung

Menurut dia, dalam raker itu juga menyoroti beberapa isu lainnya seperti kinerja Kejaksaan menyesuaikan UU yang baru. Sebab, dengan UU Kejaksaan yang baru serta anggaran terbatas mesti efektif dalam menjalankan kinerja.

Lalu, dia juga bicara soal penguatan sumber daya manusia (SDM) di Kejaksaan. Selain itu, ada pembicaraan soal restorative justice. Tak ketinggalan, ia juga menyinggung soal isu mafia tanah, mafia pelabuhan, mafia bandara, hingga mafia sembako.

Kemudian, ia menerangkan omongannya soal Kajati bahasa Sunda karena dikaitkan dengan soal penilaian kinerja, promosi, mutasi, pengembangan karir dalam Kejaksaan. Dia percaya prosedur ini sudah diterapkan Kejaksaan berdasarkan kualiafikasi, kompetensi, secara kinerja, adil, dan wajar. 

"Tidak ada lagi di zaman Pak Jaksa Agung di zaman sekarang akrobat-arobat, tiba-tiba orang naik, dalam satu kali, bisa empat kali naik. Nggak ada lagi, Tidak ada lagi yang namanya Sunda Empire. Sekalipun ada. Ini yang saya katakan," tutur Arteria.

Dia menyampaikan dalam pembenahan manajemen tata kelola SDM perlu dilakukan dengan mekanisme yang terbuka, transparan dan ojektif. 

"Sekalipun ada, orang-orang itu karena kualifikasinya, kecakapannya, karena kualitas mereka. Itu dilakukan dengan proses cermat," lanjut Arteria.

Dia menyampaikan demikian karena Jaksa Agung Burhanudin sudah dua tahun memimpin korps Kejaksaan.

"Jadi, bukan karena mereka bersuku Sunda dapat duduk di posisi-posisi yang strategis. Ini yang coba kita yakinkan ke publik. Sudah 2 tahun, kasihan sekali Pak Jaksa Agung," tutur Arteria.

Menurutnya, di tengah upaya untuk mengoptimalkan kinerja Kejaksaan, tapi masih ada beberapa oknum jaksa yang malah mempertontonkan, memperlihatkan kedekatan dengan Jaksa Agung. Dia heran dengan cara beberapa oknum tersebut yang bicara dengan Jaksa Agung yang notabene atasan mereka.

"Nggak masalah kalau Jaksa Agung bukan orang Sunda, ya nggak papa. Ini hubungannya saat rapat resmi. Yang bersangkutan bicara kepada Jaksa Agung. Ini bukan kepada bahawan," ujar Anggota Komisi III DPR tersebut.

"Kalau kepada bawahan Kajati, Kajari ngomong di hadapan rakyat saya acungkan jempol itu namanya kearifan lokal, Itu namanya jaksa yang merakyat," sebutnya.

Menurutnya, apa yang disampaikannya ini adalah sudah jadi isu di internal Kejaksaan. "Makanya ditanyakan juga sama teman-teman Kejaksaan," katanya.

Kemudian, ia juga merespons tuduhan telah mendiskreditkan masyarakat Sunda. Dia menepis tuduhan itu. Dia menegaskan dekat dengan keluarga Jaksa Agung Burhanuddin yang merupakan suku Sunda.

"Jadi saya mau meluruskan, Ibu bapak Jaksa Agung, Bu Mia itu orang Sunda. Itu keluarga saya. Sekitar saya ini orang Sunda semua, nggak mungkin kami mendiskreditkan orang Sunda," kata Arteria.

Arteria heran omongannya malah dipelintir dengan menyudutkan masyarakat Sunda. Beberapa tokoh seperti Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil ikut mengkritiknya.

"Jadi, kok tiba-tiba bisa dipelintir seperti itu. Yang saya sedih itu Kang Emil itu sahabat saya, Kang UU malah ngomongnya begitu. Padahal, saya sama beliau sangat hormat, sangat respect, kita sama sekali tidak ada hal sekecil apa pun menegasikan suku Sunda, orang Sunda," jelas Arteria.


 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya