Kisruh Eijkman Dilebur, DPR Cemas Riset Vaksin Merah Putih Mandek

Vaksin COVID-19 untuk Anak Umur 6-11 Tahun
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Peleburan lembaga Eijkman ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dikhawatirkan sejumlah pihak. Pemerintah diminta menjamin proses riset vaksin Merah Putih terus berlanjut.

Dari Sungai hingga Laut, Dampak Polusi Plastik pada Ekosistem Perairan

Permintaan ini diharapkan jadi catatan pemerintah meski status kelembagaan Pusat Riset Bio Molekuker (PRBM) Eijkman telah berubah. 

Anggota Komisi VII DPR Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mulyanto mengingatkan pemerintah bahwa riset Vaksin Merah Putih merupakan amanat rakyat Indonesia dalam hal penanggulangan COVID-19. 

Kesaksian Tertulis Saksi Ahli Diduga Disiapkan Jaksa, DPR Minta Kejagung Transparan dan Profesional

"Pemerintah jangan gegabah. Perlu memikirkan soal ini secara seksama. Jangan sampai program strategis yang menjadi amanat PRBM Eijkman, misalnya untuk mengembangkan riset Vaksin Merah Putih menjadi mandek atau terbengkalai," kata Mulyanto kepada awak media, Senin, 3 Januari 2022.

Mulyanto menyoroti diberhentikannya para saintis yang mencapai 100 orang lebih dan dipindahkannya laboratorium PRBM Eijkman jauh dari RSCM/FKUI. Dia khawatir hal itu akan menimbulkan masalah bagi kelanjutan riset Vaksin Merah Putih yang dimotori PRBM Eijkman bersama BUMN Bio Farma.

Niat Adukan Kasus, DPR Bilang Persoalan Jaksa Jovi Masalah Sepele

Tenaga kesehatan mengangkat bendera Merah Putih dalam pelaksanaan vaksinasi COVID-19 pada pegawai pemerintah di Jakarta, Kamis, 11 Maret 2021.

Photo :
  • ANTARA/M Risyal Hidayat

Menurut dia, tidak mudah mencari pengganti para saintis ini dalam waktu singkat. Begitu pula posisi laboratorium yang strategis dekat dengan rumah sakit dan fakultas kedokteran. Sebab, akses tehadap sampel, bahan, alat, dan sumber daya manusia (SDM) medis sangat mudah.  .

"Ini akan membuat jadwal produksi vaksin Merah Putih Eijkman semakin molor," jelas Mulyanto.

Sebelumnya, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR dengan Konsorsium Riset COVID-19 terungkap riset Vaksin Merah Putih yang dimotori PRBM Eijkman, mundur dari jadwal semula. 

Alasa mundurnya itu karena Bio Farma tak siap untuk memproduksi vaksin berbasis protein rekombinan mamalia. Bio Farma hanya siap kalau vaksin yang dikembangkan berbasis protein rekombinan ragi (yeast).

Lalu, dari hasil kunjungan kerja Komisi VII ke Bio Farma juga diketahui, bahwa seed vaksin yang disiapkan PRBM Eijkman belum optimal untuk dikultivasi dan dimurnikan. Maka itu, perlu diteliti ulang oleh PRBM Eijkman.

Menurut Mulyanto, dengan perubahan kelembagaan Eijkman seperti sekarang ini, maka pengembangan vaksin Merah Putih ini jadi makin tak menentu nasibnya. Sebab, pemerintah harus segera menjelaskan duduk-perkara soal ini kepada publik. 

"Agar harapan publik terhadap produksi Vaksin Merah Putih dari PRBM Eijkman ini tidak sekedar menjadi pepesan kosong," kata Muyanto. 

Untuk diketahui, Pemerintah melalui konsorsium riset COVID-19 mengembangkan 11 platform riset vaksin Merah Putih yang dijalankan 6 lembaga riset pemerintah dan perguruan tinggi, yakni PRBM Eijkman, LIPI, UI, ITB, Unair, dan UGM. 

Kemudian, LBM Eijkman bekerjasama dengan BUMN Bio Farma sebelumnya menjadwakan perolehan izin BPOM dan produksi massal semester pertama tahun 2022.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya