Golkar Berpeluang Koalisi dengan Nasdem Hadapi PDIP dan Gerindra
- ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
VIVA - Partai Golkar yang mendorong Airlangga Hartarto berpeluang berkoalisi dengan Partai Nasdem dalam Pilpres 2024. Koalisi partai ini besar kemungkinan akan berhadapan dengan koalisi partai yang dipimpin Gerindra dan PDIP.
"Nasdem menjadi lebih mungkin koalisi dengan Golkar. Misalnya Nasdem mendorong orang seperti Ridwan Kamil berpasangan dengan Airlangga, walaupun karakternya sama-sama teknokrat," kata pengamat politik dari SMRC, Saidiman Ahmad, saat dihubungi, Minggu, 24 Oktober 2021.
Tradisi Calonkan Kader
Saidiman mengatakan Golkar memiliki tradisi mencalonkan kadernya sebagai presiden dan wakil presiden sejak 2004. Satu-satunya pilpres yang tidak melibatkan kader Golkar adalah Pilpres 2019.
Ia menduga pada pemilu nanti Golkar akan kembali memasukkan kadernya sebagai calon presiden, atau calon wakil presiden.
"Saya kira paling potensial ketua umum sendiri pak Airlangga Hartarto. Tantangannya dari sisi penerimaan publik, tetapi ada temuan mulai ada perkembangan," katanya lagi.
Kekuatan Utama Airlangga
Saidiman juga menilai kekuatan utama Airlangga yakni Menko Perekonomian itu relatif diterima oleh elite. Airlangga  tidak memiliki konflik dengan siapapun dan bisa berkomunikasi dengan siapa saja. Itu terjadi karena Airlangga muncul sebagai politisi tetapi juga seorang teknokrat.
"Tidak terlalu banyak bicara tetapi bekerja dan menurut saya itu disukai oleh para elite. Terbukti di Golkar itu selama dia memimpin tidak ada goncangan yang berarti," ujarnya.
Koalisi Eks Golkar
Saidiman mengatakan Partai Golkar juga dimungkinkan membangun koalisi dengan partai-partai lainnya yang eks-Golkar. Meski tidak bisa dipungkiri masih ada peluang berkoalisi dengan PDIP.
Namun, itu kembali kepada PDIP dan Gerindra yang selama ini berpeluang mengusung pasangan Prabowo Subianto-Puan Maharani.
"Koalisi PDIP dan Gerindra justru ada peluang tetapi tidak besar. Karena kalau berkoalisi dengan Gerindra, pertanyaannya siapa yang akan dicalonkan sebagai presiden? Apakah Prabowo? Apakah PDIP sebagai partai terbesar mau menerima partai lain menjadi calon presiden?" lanjutnya.
PDIP-NU
Saidiman menilai PDIP memiliki tradisi selalu mencalonkan kadernya menjadi presiden dan wakilnya dari NU. Karena itu, ia menduga PDIP lebih berpeluang berkoalisi dengan PKB daripada dengan Partai Gerindra.
Saidiman mengakui ketiga partai besar yakni Partai PDIP, Partai Gerindra dan Partai Golkar menjadi yang terdepan dalam pencalonan presiden dan wakil presiden Pilpres 2024. Namun, ia menegaskan keputusan partai mendukung capres mungkin juga akan berpengaruh pada pilihan politik para kader.
"Di dalam survei kita, kalau suatu partai memutuskan calon yg tidak dikehendaki oleh pemilih partai itu, boleh jadi si pemilih partai ini pindah. Jadi loyalitas pemilih terhadap partai itu kan rendah," katanya.
Target 20 Persen
Saidiman juga mengomentari pernyataan Airlangga Hartarto yang menargetkan 20 persen target suara Golkar di Pileg 2024. Pernyataan itu dinilai ambisius meski bukan hal yang mustahil untuk diraih partai tersebut.
"Alasan utamanya kita lihat Golkar relatif solid. kemudian terdepan mengawal program pembangunan pak Jokowi, termasuk pemulihan ekonomi nasional, dan penanggulangan covid-19 dimana pak Airlangga sendiri jadi ketuanya," katanya.
Sejumlah program di atas menjadi perhatian publik dan alat ukur tingkat kepuasan terhadap kebijakan pemerintah. Golkar dinilai juga memiliki peranan besar dalam pembuatan UU Cipta Kerja.
Keputusan Golkar untuk terdepan dalam kebijakan pemerintah menuai hal positif. Saat partai-partai pendukung utama pemerintah, seperti PDIP dan Gerindra mengalami penurunan, Golkar menjadi satu-satunya yang mengalami kenaikan elektabilitas dalam satu tahun terakhir.
"Kita tahu Partai Golkar itu terdiri dari politisi-politisi lama yang sangat piawai, sangat bagus gerakannya. Jadi itu saya melihat kalau itu konsisten pertama tetap solid sampai akhir, lalu kemudian dia tetap terdepan mengawal program-program Jokowi yng populer dan diapresiasi oleh publik, maka target 20 persen itu bisa didekati," tuturnya.