Haikal Hassan: Maulid Tidak Perlu Digeser, Gitu Lho

Peringatan Maulid Akbar Nabi Muhammad SAW dimasa Pandemi
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Pemerintah melalui Kementerian Agama mengeluarkan kebijakan menggeser hari libur peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, menjadi tanggal 20 Oktober 2021. Kebijakan ini dilakukan untuk mengantisipasi munculnya penyebaran klaster COVID-19.

Anggaran Makan Bergizi Gratis Jadi Rp 10.000 Per Anak, Prabowo Beberkan Itung-itungan Pemerintah

Terkait itu, penceramah Haikal Hassan menilai akan selalu menyampaikan pesan pemerintah kepada umat Islam agar tak salah persepsi. Ia bilang pergeseran peringatan Maulid Nabi membuat masyarakat terutama netizen di media sosial terbelah.

Menurut dia, terjadi dikotomi di medsos karena ada yang setuju pemerintah dan tidak setuju pergeseran Maulid Nabi.

DPR Kaji Penundaan Kenaikan PPN Jadi 12 Persen

"Tapi, masalahnya adalah di dalam sosial media yang sekarang gandrung ke sana menjadi dikotomi lagi. Ini yang setuju, dengan pemerintah. Ini yang menolak," kata Haikal dalam Apa Kabar Indonesia Pagi tvOne yang dikutip VIVA pada Selasa, 12 Oktober 2021.

Haikal Hassan Baras

Photo :
  • VIVA.co.id/Foe Peace Simbolon
Dari Sungai hingga Laut, Dampak Polusi Plastik pada Ekosistem Perairan

Dia mengingatkan kondisi tersebut hanya membuat kegaduhan masyarakat yang tidak produktif. Hal ini menurutnya yang mesti dicegah. "Kita habis waktu karena melayani kegaduhan-kegaduhan seperti ini," jelasnya.

Kemudian, ia menyampaikan saran bahwa penanganan COVID-19 tak perlu menggeser hari libur. Dia mengatakan lebih baik mengantisipasi kerumunan massa di lokasi tertentu seperti tempat hiburan malam. Maka itu, ia menyebut Maulid Nabi sebetulnya tidak perlu digeser.

"Maulid tidak perlu digeser, gitu lho. Tapi, yang perlu diantisipasi adalah tempat-tempat-tempat hiburan untuk pada waktu itu ditutup dulu. Itu lebih efektif. Itu lebih tepat dalam mencegah klaster baru dalam penanganan COVID-19. Begitu pendapat kami," tutur Sekretaris Habib Rizieq Shihab (HRS) Center itu.

Menyangkul adanya pandangan pemerintah hanya geser hari libur Umat Islam, Haikal menjawabnya. Ia menyampaikan tidak memiliki pandangan tersebut. Namun, ia akan selalu memberi pesan yang menyejukkan kepada umat.

"Tidak, kami tidak melihat seperti itu. Kita ingin menyejukkan umat Islam. Jelas dong Umat Islam yang paling banyak digesernya karena umat Islam mayoritas. Karena perayaannya lebih banyak yang lain. Saya pasti akan menyampaikan seperti itu," katanya. 

Pun, ia menekankan tak perlu dibanding-bandingkan dengan hari libur umat lain. Sebab, hal itu akan menimbulkan kebencian yang bertambah. Bagi Haikal, pemerintah ke depan harus aktif mengajak dialog tokoh-tokoh umat Islam.

"Nanti akhirnya muncul lagi pemerintah (dianggap) pilih kasih, dan sebagainya. Intinya itu adalah komunikasi, dialog, itu yang paling penting. Itu yang paling kurang," ujar tokoh Persaudaraan Alumni (PA) 212 itu.

Sebelumnya, pemerintah mengumumkan pergeseran peringatan hari libur Maulid Nabi Muhammad SAW, menjadi 20 Oktober 2021. Peringatan hari libur Maulid Nabi sebenarnya pada 19 Oktober 2021.

Direktur Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama, Kamaruddin Amin menyampaikan alasan kebijakan ini diambil untuk antisipasi munculnya penyebaran kasus baru COVID-19.

"Sebagai antisipasi munculnya kasus baru COVID-19, hari libur Maulid Nabi digeser 20 Oktober 2021," kata Amin dalam keterangannya, Sabtu 9 Oktober 2021. 

Amin mengatakan, Maulid Nabi Muhammad SAW tidak berubah, yakni tetap pada tanggal 12 Rabiul Awal. Namun, hari libur dalam rangka memperingatinya yang digeser demi tujuan tersebut.

"Maulid Nabi Muhammad Saw tetap 12 Rabiul Awal. Di mana tahun ini bertepatan dengan 19 Oktober 2021 M. Hari libur peringatannya yang digeser menjadi 20 Oktober 2021 M," jelas Amin.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya