Airlangga Berpotensi Buka Poros Lawan Koalisi PDIP-Gerindra

Ketum Partai Golkar sekaligus Menko bidang Perekonomian AIrlangga Hartarto
Sumber :
  • Istimewa

VIVA - Pemilihan Presiden 2024 dinilai membuka peluang koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan-Gerindra dalam hal ini pasangan Prabowo Subianto-Puan Maharani berhadapan dengan koalisi Airlangga Hartarto yang didukung partai politik lainnya.

Pemerintah Targetkan Penyaluran KUR Rp 300 Triliun pada 2025

"Gerindra bisa masuk ke semua kalangan (parpol). Tapi kalau melihat portofolionya bisa dikunci PDIP, karena kan Puan-Prabowo, atau Prabowo-Puan, kan begitu," kata Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, saat dihubungi, Senin, 11 Oktober 2021.

Adi mengatakan pasangan ini bisa berhadapan dengan capres dari Partai Golkar yakni Airlangga yang belakangan ini digadang-gadangkan berpasangan dengan elit partai lain.

Tuduhan Cawe-cawe di Tahun Terakhir Jokowi Jadi Presiden

"Golkar misalnya bisa masuk ke PKB dan Demokrat karena ketum mereka juga mengincar. Bahkan PPP juga di situ, kan mulai dijodoh-jodohin tuh Airlangga-Cak Imin atau Airlangga-Suharso," ujarnya.

Baca juga: Prabowo dan Airlangga Diprediksi Bertarung di Pilpres 2024

PDIP Sebut Pemerintah Bisa Usul Turunkan PPN, Gerindra: Bentuk Provokator

Adi Prayitno menyebutkan tiga partai yang secara tradisi memasang calonnya dalam setiap pilpres, termasuk nantinya di 2024. Ketiganya yakni PDIP, Gerindra dan Golkar yang saat ini merupakan tiga besar partai politik dengan jumlah kursi signifikan di parlemen.

"PDIP sudah bisa maju sendiri, Golkar dan Gerindra tinggal cari satu atau dua partai lagi untuk menggenapi ambang batas presiden, dan dua partai ini punya tradisi maju," katanya.

Ketum PKB Muhaimin Iskandar dengan Ketum Golkar Airlangga Hartarto

Photo :
  • VIVA.co.id/Andrew Tito

Ia mengatakan partai lain di luar ketiga partai ini tentu akan kesulitan karena perolehan suara partai mereka  kecil, dan elektabilitas ketua umum mereka juga tidak signifikan.

Ia mencontohkan ketua Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang tidak terlampau signifikan suaranya, hanya di kisaran angka 5 persen. Angka ini berbeda jauh dengan ketua umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.

"Airlangga boleh kecil elektabilitasnya, tapi partainya besar, artinya ada bargaining position. AHY serba tanggung, partainya juga tidak sampai dua digit, bargainnya itu tidak VIP, tapi kalau Golkar, PDIP, Gerindra, itu bargainnya VIP," lanjutnya.

Adi mengatakan ketiga partai ini terbuka lebar untuk berkoalisi dengan partai lain yang memiliki kursi di parlemen. Pengecualian hanya di PDIP yang sepertinya sudah mengharamkan berkoalisi dengan Partai Demokrat dan PKS.

Ia juga mengatakan nama-nama kepala daerah yang populer seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil saat ini dalam kondisi galau. Ketiganya boleh populer dan hebat namun tetap sia-sia jika tidak punya dukungan partai politik.

"Ganjar, Anies, RK bisa masuk untuk jadi cawapres mendongkrak elektabilitas Prabowo dan Airlangga. Karena ketiga partai besar itu pasti mematok kadernya capres," katanya.

Meskipun demikian, Adi memprediksi pasangan capres dan cawapres akan terbentuk di hari-hari terakhir pendaftaran Pilpres 2024. Dua faktor yang memungkinkan itu terjadi adalah dukungan realistis partai untuk menggenapi ambang batas presiden. Kedua, mencari pasangan yang bisa mengerek elektabilitas masing-masing capres.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya