Cerita Hasto Soal Bung Karno Siapkan Markas PBB di Jakarta

Hasto Kristiyanto Saat Peresmian Patung Soekarno
Sumber :
  • VIVA/ Eduward Ambarita

VIVA – Pidato Presiden RI ke-1 Soekarno atau Bung Karno di Markas PBB pada 30 September 1960, kembali diperingati. Bersamaan dengan peresmian patung Bung Karno di Polder Stasiun Tawang Semarang, Jawa Tengah.

Proklamtor RI itu menyampaikan pidatonya di Markas PBB dengan judul ‘To Build The World A New (Membangun Dunia yang Baru). Pidato yang dianggap fenomenal dan melambungkan nama Indonesia dengan idiologi Pancasila.

Sekretaris Jenderal DPP PDIP, Hasto Kristiyanto, mengajak seluruh rakyat Indonesia, khususnya para anak muda, untuk mengingat kembali peristiwa itu. Tujuannya demi melanjutkan perwujudan cita-cita pendiri bangsa. 

Kata Hasto, pidato Bung Karno memang sangat fenomenal dan dianggap dunia internasional sebagai yang terbaik saat itu.

Pidato Bung Karno itu memaparkan bahwa pada suatu hari, Indonesia merdeka akan menjadi pelopor kemerdekaan dunia yang bebas dari belenggu penjajahan. Putra Sang Fajar itu menegaskan, konsistensi Indonesia tak berada dalam dua blok besar yang bertikai kala itu. Blok Timur dengan ideologi komunisme-leninisme, dan Blok Barat dengan ideologi kapitalisme-iberalisme. 

"Bung Karno selalu menekankan bahwa dalam kedua ideologi itu terkandung benih imperialisme dan kolonialisme yang ditentang Indonesia. Karena itulah Bung Karno menggali dari sejarah Indonesia, dimana sebagai tahapan selanjutnya adalah Pancasila," kata Hasto, dalam keterangannya yang diterima VIVA, Rabu 29 September 2021. 

Di forum internasional PBB tersebut, Bung Karno menjelaskan konsep ideologi Pancasila ke seluruh dunia. Posisi Indonesia dalam politik internasional, baik dulu sampai sekarang bergerak aktif dan berpihak pada kemerdekaan setiap bangsa. 

“Memihak kemana? Yaitu bergerak aktif membangun persaudaraan dunia," tegas politisi asal Yogyakarta tersebut. 

Sekjen PDIP Ancam Sanksi Pengurus-Anggota Dewan yang Tak Serius Menangkan Risma

Hasto juga memaparkan, Bung Karno lewat pidatonya menaruh perhatian terhadap penderitaan bangsa Asia-Afrika akibat penjajahan. Maka Bung Karno mendorong PBB harus benar-benar berdiri bebas. Sekretariat PBB pun didorong untuk ditempatkan di negara yang tak terlibat kedua blok bertikai. 

Bahkan, lanjut dia, Bung Karno telah mempersiapkan Jakarta sebagai markas PBB. Lokasi yang disiapkan adalah gedung di Bundaran HI, Jakarta, karena didesain dengan lorong bawah tanah menuju Gedung Sarinah. 

Saat Hasto Tanya Apakah Pilkada Sumut Layak Ditunda karena Ketidaknetralan Aparat

"Sehingga diplomat PBB akan makan siang dengan atraksi seni di Sarinah. Sarinah menampilkan seluruh khasanah kebudayaan Indonesia. Itu desain besar Bung Karno. Jadi desainnya bukan hanya memindahkan markas PBB, namun mengganti piagam PBB dengan Pancasila," kata Hasto. 

Hasto lantas membeberkan bagaimana sila-sila Pancasila adalah yang dibutuhkan dunia, untuk benar-benar mencapai perdamaian abadi. Termasuk bagaimana prinsip penyelesaian masalah di PBB tidak lagi dilakukan dengan voting. Tapi dengan musyawarah mufakat sesuai sila keempat Pancasila. 

Respons Hasto PDIP, RK: Mentalitas Kalah Itu Klaim Seolah Didukung, Padahal Tidak

"Pertama kalinya dalam pidato pemimpin negara, Bung Karno mengutip ayat-ayat kitab suci. Baik Alquran maupun Injil. Bung Karno ingin menegaskan bahwa kita sebagai ciptaan Yang Maha Kuasa, harus memperjuangkan perdamaian dunia itu," jelasnya.

Kemudian Hasto berbicara, di mana letak konteks pidato Bung Karno, Presiden RI Pertama. Hasto mengatakan bahwa ide serta gagasan itu masih sangat relevan hingga saat ini. Bahwa Indonesia sebagai jembatan bagi pertikaian berbagai blok ideologi. 
 
Pidato Bung Karno seharusnya menginspirasi rakyat, agar terus berjuang keras memastikan Indonesia menjadi pemimpin diantara bangsa-bangsa dunia. Dengan itu, Hasto mengataka Indonesia juga harus menjadi bangsa yang outward looking atau yang melihat keluar. Bukan local acting dalam pengertian tak punya cakrawala luas.

"Kepemimpinan Indonesia itulah yang kita ambil spiritnya. Dalam bidang apapun. Kita harus menjadi juara. Kita harus kembangkan sesuatu yang khas Indonesia, namun di saat sama kita jadi pemimpin dunia," ujar Hasto.  

"Kadang-kadang kita merasa aneh ketika ada elite yang orientasinya masih masa lalu, orientasi menakut-nakuti rakyat dengan masa lalu. Padahal seharusnya melihat masa depan, bagaimana desain kepemimpinan Indonesia masa depan," sambungnya. 

Hasto bilang, melihat dari akhir pidato Bung Karno, ditegaskan Pancasila sebagai jalan perdamaian dunia, keadilan dan kesetaraan. Karenanya, ia terus mendorong, para pemangku kepentingan dan semua elemen masyarakat agar sama-sama bergerak mewartakan kepemimpinan Indonesia ke panggung dunia. 

Dalam istilah militer, kata Hasto, diistilahkan force projection, alias kemampuan menunjukkan kapasitas kekuatan kita di luar wilayah teritorial. Ia menyindir segelintir pihak yang hanya berani mengkritik ke dalam alias jago kandang. 

"Generasi muda Indonesia, dengan caranya masing-masing, harus ikut bagaimana Pancasila mendasari hidupnya. Gotong royong, menerima keberagaman. Itu sangat up to date dengan keadaan dunia saat ini. Sekarang bahasanya kolaborasi, dunia platform digital sebenarnya dunia gotong royong. Jejaring inilah yang harus diisi Pancasila dengan bahasa anak muda saat ini," tuturnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya