Hadiri Deklarasi KAMI DIY, Gatot Nurmantyo Singgung Peran Keraton

Gatot Nurmantyo Hadiri Deklarasi KAMI Jateng-DIY di Kampung Jokowi
Sumber :
  • VIVA/Fajar Sodiq

VIVA – Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) menggelar deklarasi di Gedung PDHI, Alun-alun Utara, Kota Yogyakarta, Jumat, 4 September 2020. Deklarasi ini menjadi penanda pendirian KAMI di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Sosok Shella Ghivitamala, Kowad Cantik Pernah Bertugas di Lebanon

Dalam deklarasi ini, sejumlah tokoh KAMI tampak hadir. Di antaranya Gatot Nurmantyo, Din Syamsudin, MS Kaban, Rochmat Wahab dan Syukri Fadholi.

Saat berpidato, Gatot menerangkan jika dia sengaja datang dalam deklarasi di Yogyakarta karena sejarah panjang yang ada di kota gudeg ini. Gatot menyebut, tanpa peran Keraton Yogyakarta dan masyarakat Yogyakarta, belum tentu saat ini ada Republik Indonesia (RI).

Soroti Pengeroyokan Relawan Ganjar di Boyolali, Gatot Nurmantyo: Saya Tak Yakin Dipukul Batu

"Beberapa tahapan apabila tidak ada Yogya atau masyarakat Yogyanya belum tentu Republik Indonesia ada. Saya tidak mungkin tidak datang ke sini. Karena yang di hadapan saya ini saya yakin semua anaknya pejuang yang mengalir darah patriot," ujar Gatot dalam sambutannya.

Baca juga: Din Syamsuddin: KAMI Gerakan Moral Berdimensi Politik

Jelang Pensiun, Yudo Margono Pamit di Depan Para Mantan Panglima TNI dan Prajurit Tiga Matra

Mantan Panglima TNI itu menerangkan, dalam deklarasi KAMI memang ada pembatasan jumlah peserta yang hadir. Kondisi ini lantaran masa pandemi COVID-19, sehingga ada pembatasan terhadap undangan yang datang. Meskipun demikian, Gatot meyakini jika gerakan KAMI akan menyebar luas di Indonesia.

Gatot menuturkan jika KAMI adalah gerakan yang mendukung Pancasila dan UUD 1945. Gatot menyebut KAMI menolak adanya ekasila ataupun trisila, yang sempat mencuat ingin dimasukkan saat DPR hendak membahas Rancangan Undang-undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) beberapa waktu lalu.

"Saya tidak bicara apapun juga. Saya hanya mengingatkan saja bahwa KAMI mengakui Pancasila sesuai dengan UUD 45, 18 Agustus. Sama seperti daerah lain khususnya Padang kita berterima kasih kepada Bung Hatta. Bukan Pancasila yang 1 Juli. Trisila menjadi satu sila itu pengkhianatan bangsa. Sekarang mau diubah tidak bisa diam," tegas Gatot.

Untuk itu, dia berharap akan muncul pejuang-pejuang dari Yogyakarta yang berjuang mempertahankan Pancasila dan UUD 1945 dari pihak-pihak yang hendak menggantinya.

"Negara ini akan diubah. Saya yakin pejuang-pejuang akan muncul dari sini. Jangan berhenti tangan mendayung nanti arus membawamu hanyut. Jangan berhenti berjuang. Setiap saat berjuang-berjuang tanpa henti. Kamu akan dipengaruhi oleh trisila atau ekasila," sambung Gatot.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya