Staf Khusus Presiden, Dukung Anak Muda atau Bagi-bagi Posisi?
- dw
Kamis (21/11) lalu, Presiden Jokowi dalam cuitannya di media sosial Twitter memperkenalkan tujuh orang anak muda kepada publik sebagai staf khususnya. Presiden menulis bahwa para pemuda ini berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda dan akan menjadi temannya berdiskusi dan mencari cara yang out of the box.
Namun Direktur Pusat Kajian Politik (Puskapol) Universitas Indonesia, Aditya Perdana, ragu apakah langkah Jokowi ini dapat lebih memuluskan dan meringkas birokrasi. Hal ini mengingat kebanyakan dari generasi muda yang baru saja diangkat tidak memiliki pengalaman bekerja di lingkaran inti pemerintahan.
"Itu yang saya agak ragu. Dalam banyak hal mereka sudah punya perusahaan, CEO. Meski usianya muda, mereka orang kreatif yang jalurnya sudah tinggi, pengalaman lumayan. Namun kita pertanyakan juga, kenapa dengan pengalaman seperti itu (mereka) diajak masuk ke inti pemerintahan? Bisa jadi mereka nantinya akan jadi belajar dari nol juga, terutama tentang birokrasi pemerintahan yang sangat rumit dan kompleks," ujar Aditya dalam wawancara dengan DW Indonesia, Senin (25/11).
Ia mengatakan memang ada keinginan dari Jokowi untuk memberikan kesempatan kepada para anak muda untuk berpolitik di lingkungan eksekutif. Para pemuda ini pun diambil karena mereka mengerti seputar dunia usaha dan bisnis. Namun Aditya tidak begitu yakin bahwa para staf khusus ini akan bisa membantu merumuskan kebijakan yang mengerti kebutuhan orang banyak.
"Saya punya pandangan bahwa mungkin mereka punya sense of business dan usaha. Tapi sebagai orang yang mengerti banyak kebutuhan masyarakat, ya enggak juga. Saya sendiri belum merasa optimis bahwa mereka bisa membantu presiden secara optimal juga jadi kita harus lihat kemampuan mereka," ujar Aditya.
Baca juga: Seakan Begitu Mudah Merebut Suara Generasi Milenial