Adamas Belva Syaf, Pengusaha Muda Berpengaruh Jadi Staf Khusus Jokowi

Adamas Belva Syah
Sumber :
  • Instagram Adamas Belva Syah

VIVA – Presiden Joko Widodo telah menunjuk tujuh staf khususnya dari kalangan kaum milenial di Istana Negara, Jakarta Pusat, Kamis, 21 November 2019. Salah satu dari tujuh orang itu adalah Adamas Belva Syah Devara (29 tahun).

Pemerintah Evaluasi Kebijakan Zonasi PPDB

Lalu, siapakah sosok pria ini sehingga Jokowi “meminangnya” untuk masuk di lingkaran kerjanya jilid II tersebut.

Dari hasil rangkuman VIVAnews, Adamas Belva Syah Devara adalah anak pertama dari tiga bersaudara yang lahir di Jakarta pada 30 Mei 1990. Ia terlahir dari keluarga dengan orangtuanya bekerja sebagai pegawai negeri sipil.

Wapres Filipina yang Ancam Bunuh Presidennya Siap Hadapi Pemakzulan

Kendati begitu, kedua orangtuanya dengan tekun memberikan pendidikan kepada Belva dan nilai-nilai yang ditanamkan mengenai pentingnya pendidikan. Hal ini menjadi dasar keyakinan Belva untuk memperjuangkan hak yang sama untuk semua anak Indonesia mendapatkan pendidikan berkualitas.

Belva pun pernah menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Silam Al Azhar 8, kemudian melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi ke Sekolah Menengah Atas Presiden, sebuah sekolah semi-militer bertaraf internasional.

Majelis Masyayikh Kuatkan Identitas Pendidikan Pesantren melalui Sistem Penjaminan Mutu

Dia terkenal memiliki segudang prestasi dan penghargaan sejak menempuh pendidikan di SMP maupun di SMA tersebut. Salah satunya Belva pernah menjuarai berbagai kompetisi olimpiade ilmiah, pidato, dan debat berbahasa Inggris.

Atas kemampuan yang telah dimilikinya, maka ia diganjar berupa beasiswa sekolah gratis selama menempuh pendidikan di SMA. Belva juga ternyata aktif di organisasi kegiatan siswa, bahkan dia sendiri didapuk sebagai Ketua OSIS di SMA Presiden.

Selepas lulus dari SMA Presiden, Belva mendapatkan beasiswa kembali di Nanyang Technological University (NTU) Singapura, salah satu institut teknik terbaik di Asia pada tahun 2007.

Di kampus itu, Belva mengambil program gelar ganda dalam program studi Ilmu Komputer dan Bisnis di Nanyang Technological University.

Selama belajar di kampus itu, dia pun mendapatkan banyak prestasi akademis dan berhasil masuk pada Double Dean's List sebagai salah satu dari 5 persen mahasiswa dengan prestasi tertinggi, dalam program studi Ilmu Komputer maupun Bisnis.

Tak sampai di situ, pria kelahiran Jakarta itu terpilih oleh universitas untuk ikut serta dalam program pertukaran pelajar ke University of Manchester, Inggris, pada 2009.

Pada tahun 2011, Belva berhasil meraih tiga medali emas prestisius dari Nanyang Technological University, Lee Kuan Yew Gold Medal yang disebut penghargaan tertinggi bagi mahasiswa di universitas. Kemudian penghargaan Infocomm Development Authority of Singapore Gold Medal yaitu penghargaan bagi peraih nilai akademis tertinggi di program studi Ilmu Komputer dan kemudian Accenture Gold Medal yaitu penghargaan bagi peraih nilai akademis tertinggi di program studi Bisnis.

Berkat perjuangannya, saat kuliah ia pun mendapatkan kesempatan bekerja di perusahaan berpengaruh di Singapura, Goldman Sachs dan Accenture. Selain itu, ia dipercaya untuk menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Perhimpunan Pelajar Indonesia Singapura dan dinobatkan menjadi Young Leader for Indonesia 2011 oleh McKinsey dan Company.

Selepas menempuh pendidikan di Singapura dengan segudang prestasi, akhirnya Belva melanjutkan pendidikan pascasarjana pada tahun 2013. Belva disebut orang Indonesia pertama yang diterima di program gelar ganda di Harvard University, Cambridge, Massachusetts dan Stanford University, Palo Alto, California, sekaligus. Yang mana kampus itu adalah dua universitas paling bergengsi di dunia.

Di Harvard University, Belva mengambil jurusan Master of Public Administration (Kebijakan Publik), sedangkan di Stanford University, ia mengambil jurusan Master of Business Administration (Bisnis Manajemen).

Selama menempuh pendidikan di pascasarjana, Belva  aktif menjadi peneliti (Fellow) di Harvard Ash Center for Democratic Governance and Innovation. Untuk program pascasarjana di Amerika Serikat ini ia berhasil mendapatkan beasiswa penuh dari Lembaga Pengelola dana Pendidikan, yang dikelola oleh Kementerian Keuangan.

Belva juga dikenal sebagai seorang pengusaha, tokoh muda, dan aktivis sosial. Dia juga pendiri dan Direktur Utama (CEO) dari perusahaan startup di bidang pendidikan dan teknologi terbesar di Indonesia, Ruang Guru.

Pria ini pernah terpilih sebagai salah satu dari 30 pengusaha muda paling berpengaruh di Asia oleh Forbes Magazine pada 2017.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya