Cerita Miris Ketua KPU soal Serangan Siber di Pemilu 2019
- ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
VIVA – Ketua Komisi Pemilihan Umum, Arief Budiman mengatakan, salah satu efek negatif pemilu 2019 adalah meningkatnya serangan siber. Dia mengingatkan, hal ini sangat mungkin terjadi di Pilkada serentak 2020.
Menurut Arief, serangan siber tersebut tak hanya kepada sistem KPU, namun hingga ke personal Komisioner KPU.
"Saya sampaikan ada peristiwa yang agak miris, bagi kami. Serangan siber meningkat. Saya ingat 2019, banyak serangan menuju KPU," kata Arief, saat launching tahapan Pilkada Serentak 2020 di JCC, Senayan,Jakarta, Senin 23 September 2019.
Berdasarkan data, ada sekitar 5000 serangan ke KPU, termasuk Komisioner KPU selama Pemilu 2019. Serangan personal paling banyak kepada dirinya.
"Tentu agak banyak nyerang Arief Budiman. Saya ini anak siapa, keturunan siapa. Saya ini kardus, jadi serangan banyak," ujarnya.
Atas dasar itu, ia meminta KPU di 270 daerah yang akan melaksanakan Pilkada 2020, mengantisipasi hal serupa. Karena, perkembangan media saat ini semakin canggih.
"Ini harus kita waspadai ada perubahan kultur dalam proses penyelenggaraan pemilu, dalam respons pemilu. Tambah canggih teknologi, medsos berkembang pesat," jelasnya.
Namun, di balik hal negatif dari Pemilu 2019, yang harus diantisipasi di pilkada serentak 2020. Ada hal positif yang bisa dijadikan pedoman pelaksanaan Pilkada serentak 2020 mendatang.
"Semangat pemilu itu harus efektif dan efisien, maka sebagian besar pengadaan KPU itu dilakukan melalui e-katalog, Bapak ibu bisa lihat, jadi KPU dari total anggaran yang disediakan, mampu melakukan penghematan sampai 40,1 persen," tuturnya.
Selain itu, meningkatnya partisipasi pemilih pada Pemilu 2019, dengan melonjak menjadi 85,7 persen. Adapun jumlah sengketa pilkada di Mahkamah Konstitusi (MK) juga menurun, dari 900 sengketa pada 2014 menjadi 260 sengketa saat Pemilu 2019 lalu.