Ketua DPR Dorong Koopsus TNI Dikerahkan ke Papua
- VIVA/Eduward Ambarita
VIVA – Ketua DPR Bambang Soesatyo meminta ada kajian dari komisi I DPR untuk mengkategorikan gerakan bersenjata di Papua. Sebab, aksi anarkis massa ini sudah merusak sampai menyebabkan petugas aparat meninggal dunia.
Politikus yang akrab disapa Bamsoet itu pun mengusulkan agar Komando Operasi Khusus (Koopsus) TNI dioperasikan ke Papua.
"Kita punya komando pasukan khusus untuk itu, yang baru saja diresmikan kemarin dan bisa segera kita operasikan," kata Bamsoet di komplek parlemen, Jakarta, Kamis 29 Agustus 2019.
Bamsoet juga menyarankan agar Komisi I DPR meminta penjelasan kepada pihak-pihak terkait. Kemudian, merumuskan dalam bentuk langkah-langkah yang lebih konkret.
Meski begitu, ia meminta baik pada Kapolri dan Panglima TNI untuk segera melakukan pemulihan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Ia berharap pertemuan Presiden Jokowi dengan tokoh agama segera terealisasi.
"Saya sendiri sebagai pimpinan bersama beberapa pimpinan telah menerima beberapa tokoh Papua dan menyampaikan beberapa solusinya. Saya mendengar juga presiden akan bertemu dengan tokoh agama, tokoh adat dan para tokoh dari Papua," kata Bamsoet.
Terkait dugaan intelijen kecolongan soal Papua, ia tak sependapat. Ia menyerahkan persoalan ini pada Komisi I DPR untuk dibicarakan lebih dulu.
"Ya, nanti Komisi I yang akan mengundang pihak-pihak yang terkait dengan keamanan dan pengamanan. Apa yang terjadi di Papua, tentu kita menyampaikan rasa keprihatinan kembali dengan jatuhnya korban lagi kemarin," kata Bamsoet.
Sebelumnya, pihak Kepolisian sudah mengonfirmasi Anggota TNI yang meninggal dunia karena terkena panah. Anggota TNI yang tewas adalah Serda Rikson Candra. Selain Serda Rikson, ada empat anggota Polri terluka. Lalu, dua prajurit TNI juga terluka.
Aksi demo massa di Kabupaten Deiyai, Papua pada Rabu kemarin, 28 Agustus 2019 berbuntut rusuh anarkis. Aksi ini sebagai respons lanjutan atas rasisme dan intimidasi mahasiswa Papua yang terjadi beberapa waktu lalu di Surabaya dan Malang.
Namun, aksi ini berlanjut di Distrik Abepura sampai Kota Jayapura. Massa sempat membakar kantor Majelis Rakyat Papua sampai melempari batu toko serta hotel. [mus]