Ternyata Banyak Orang Suka Gerakan 212, Berapa Persen Jumlahnya

Demo Aksi 212
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Lembaga survei Median menyebutkan, bahwa banyak masyarakat suka dengan adanya gerakan aksi 212 terkait masalah kasus penistaan agama berlangsung di kawasan Monumen Nasional Jakarta Pusat, pada 2017 lalu.

Pilpres 2024 Dinilai Mulai Geser Demokrasi RI Jadi Otokrasi Elektoral yang Mengkhawatirkan

"28,8 persen suka dengan gerakan 212, dan 20,7 persen tidak suka dengan gerakan 212 dan tidak jawab 50,6 persen," kata Direktur Median, Rico Marbun di kawasan Cikini Jakarta Pusat, Senin, 24 Februari 2020. 

Alasan mereka suka terhadap adanya gerakan 212 yaitu membela Islam, Alquran dan kebenaran 8,4 persen. Kemudian umat Islam bersatu 8,0 persen dan menegakkan keadilan dan menghukum penista agama 2,2 persen. Lalu aksi berlangsung damai dan positif 1,9 persen dan silaturahim umat Islam 1,8 persen. 

PDIP: Pilkada Langsung Beri Pendidikan Politik kepada Masyarakat

Sedangkan lanjut dia, alasan masyarakat tidak suka dengan gerakan 212 yaitu adanya kerusuhan dan merusak fasilitas umum 3,7 persen, membuat perpecahan 3,6 persen dan mengganggu ketenangan masyarajat 3,4 persen, terlalu berlebihan dan tidak bermanfaat 2,3 persen, karena berkaitan dengan politik 1,4 persen dan anarkistis 0,7 persen. 

Dari hasil survei itu, menurut dia, publik yang suka 212 sebagian besar mereka memilih Anies Rasyid Baswedan, Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahudin Uno dalam Pilpres saat ini. 

Gerindra Dinilai sebagai Parpol Paling Informatif, Komitmen Prabowo Junjung Tinggi Demokrasi

"Publik yang tidak suka 212 sebagaian besar memikih Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Ridwan Kamil," lanjut dia.

Dalam kesempatan itu, ia menambahkan, sebanyak 28,0 persen masyarakat menganggap kualitas demokrasi saat ini baik. Namun ada 25,3 persen menganggap kualitas demokrasi saat ini tidak baik dan yang tidak menjawab 46,7 persen. 

Ada tiga alasan publik menilai bahwa kualitas demokrasi baik. Di antaranya, pelaksanaan pemilu secara langsung 34,6 persen, ada kebebasan berpendapat 8,1 persen dan rakyat semakin cerdas 4,8 persen. 

Sedangkan tutur dia, alasan masyarakat menilai kualitas demokrasi tidak baik yaitu korupsi semakin besar 30,4 persen, demokrasi masih gaduh dan ribut 13,9 persen dan terjadi perpecahan antar masyarakat 10,3 persen. 

Survei dilakukan pada rentang pekan I - II Februari 2020, dengan melibatkan 1.200 responden, dimana populasi survei adalah seluruh warga yang memiliki hak pilih dan tersebar di 34 provinsi.

Metode yang digunakan adalah metode multistage random sampling dan proporsional atas populasi provinsi dan gender.

Demografi responden ada di tingkat desa 51,9 persen dan kota 48,1 persen. Responden beragama Islam 88,4 persen, Katolik 2,6 persen, Kristen Protestan 7,3 persen dan Hindu 1,7 persen.

Adapun survei ini punya margin of error (moe) sebesar 2,8 persen di tingkat kepercayaan 95 persen.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya