Polisi Sebut Sekjen PA 212 Ada di Lokasi Penganiaya Pendukung Jokowi
- VIVA.co.id/ Bayu Nugraha
VIVA – Kasus dugaan penculikan dan penganiayaan, terhadap pegiat media sosial dan pendukung Joko Widodo, Ninoy Karundeng terus disidik.
Polisi bahkan mengklaim kalau Sekretaris Jenderal Persaudaraan Alumni (PA) 212, Bernard Abdul Jabbar ada di lokasi pegiat media sosial dan pendukung Joko Widodo, Ninoy Karundeng, diculik dan dianiaya.
Bahkan, Bernard disebut juga ikut mengintimidasi Ninoy, demikian dilansir dari laman VIVAnews.. Maka dari itulah Bernard dimintai keterangannya hari ini, Senin 7 Oktober 2019 sebagai saksi. Bernard diperiksa bersama satu orang lain bernama F alias Fery.
"Atas nama BD (Bernard) itu ada di lokasi ikut mengintimidasi dan saat ini sedang dilakukan pemeriksaan," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya, Senin 7 Oktober 2019.
Hingga Senin sore pemeriksaan keduanya belum juga rampung. Argo juga mengatakan status keduanya sejauh ini masih saksi. Dia tak menjawab apakah mungkin Bernard bisa jadi tersangka juga dalam kasus ini.
"Saat ini hasilnya belum kita dapatkan," kata dia lagi.
Sebelumnya, sebuah video menampilkan pegiat media sosial dan pendukung Jokowi yakni Ninoy Karundeng, dengan wajah lebam tersebar luas. Dalam video itu, Ninoy diduga sedang diinterogasi oleh sejumlah pria dalam sebuah ruangan.
Pada video tersebut terdengar jelas percakapan Ninoy dengan seorang pria yang sedang menanyakan beberapa hal kepadanya. Pria itu bertanya terkait kegiatan Ninoy yang diduga datang saat aksi unjuk rasa.
"Jawab baik-baik ya, yang suruh kamu datang ke sini itu siapa? Kerasin suaranya," tanya pria tersebut dikutip dari video yang beredar, Selasa, 1 Oktober 2019.
Kemudian, Ninoy menjelaskan bahwa ia bekerja di Jokowi App. Ia pun menjelaskan, kedatangannya untuk meliput DPR dan demo.
Namun, pria dengan suara berat itu kembali bertanya maksud dari kedatangan Ninoy. Hal itu lantaran ia mendapati sebuah tulisan dalam laptop milik Ninoy berunsur kata-kata kebencian yang diarahkan kepada tokoh-tokoh. Menjawab pertanyaan tersebut, Ninoy mengaku khilaf akan perbuatannya.
Tapi, pria tersebut beranggapan, Ninoy tidak khilaf, melainkan memang pekerjaan Ninoy di Jokowi App itu sengaja membuat hal demikian untuk bisa dibayar dan sebagai ladang pendapatan.