6 Fakta Sejarah di Indonesia Sepanjang September, Nomor Terakhir Kelam
- cinema-xcinema.blogspot.com
VIVA – September adalah bulan kesembilan dalam kalender masehi yang dipakai saat ini. Bulan ini punya 30 hari dalam satu bulan. Banyak peristiwa-peristiwa penting yang pernah terjadi dan tercatat dalam sejarah pada September.
Berikut enam fakta sejarah di Indonesia yang terjadi selama September yang diolah VIVA dari berbagai sumber, Minggu, 1 September 2019:
Institut Pertanian Bogor Didirikan
1 September 1963, Presiden Soekarno meresmikan Institut Pertanian Bogor (IPB). Kampus ini punya sejarah yang amat panjang. Cikal-bakal institusi pendidikan khusus pertanian itu sudah ada sejak zaman Hindia Belanda.
Pada masa kolonial, Buitenzorg atau Bogor memang menjadi tempat representatif bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang flora dan fauna. Pemerintah kolonial mendirikan beberapa lembaga penelitian terkait hal ini di Bogor.
Salah satunya, Lands Plantentuin te Buitenzorg atau Kebun Raya Bogor, yang diresmikan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda G.A.G. Gerard Philip Baron van der Capellen pada 18 Mei 1817.
Selain kebun raya yang memiliki koleksi banyak jenis tanaman di Bogor, ada pula Algemene Proefstation voor de Landbouw (Lembaga Penelitian Pertanian) dan Veeartsenijkundige Instituut (Lembaga Penelitian Kedokteran Hewan).
Saat ini, IPB sedang bersiap-siap ganti nama menjadi IPB University.
Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman Pro NKRI
5 September 1945, Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan wilayah pertama di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pascaproklamasi kemerdekaan 17 Agustus di tahun yang sama.
Pernyataan ini diungkapkan Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang berkuasa atas wilayah Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman.
Bergabungnya Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman yang merupakan satu-satunya kerajaan di Nusantara (Indonesia setelah merdeka) yang tidak berada di bawah kolonial Belanda memiliki arti yang sangat penting dan bernilai strategis.
Langkah Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman, kemudian diikuti wilayah-wilayah lain, termasuk negara-negara atau kerajaan-kerajaan di Nusantara yang dibentuk oleh Belanda.
Bom Meledak Depan Kedutaan Besar Australia di Jakarta
9 September 2004, sekitar pukul 10.15 WIB, bom berkekuatan besar mengguncang kawasan Jalan HR. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Ledakan besar terjadi di depan pintu masuk Gedung Kedutaan Besar Australia Kavling C15-16.
Korban tewas ditempat berjumlah 9 orang. Rekaman CCTV Plaza 89 yang bersebelahan dengan Gedung Kedutaan Besar Australia, menguatkan dugaan sebelumnya bahwa sumber ledakan dari mobil boks berwarna silver (perak).
Hal ini semakin diperkuat dengan temuan Tim Investigasi Bom di Kedutaan Besar Australia, dua hari kemudian yang terekam kamera CCTV.
Melalui tes deoxyribose nucleic acid (DNA) atau uji identitas genetik, pelaku peledakan bom di depan Kedutaan Besar Australia diketahui bernama Heri Golun atau Heri Kurniawan.
Pelaku adalah warga Kampung Cigarung, Desa Kebonpedes, Kecamatan Kebonpedes, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Pengeboman di depan Kedubes Australia dikaitkan dengan sosok Doktor Azahari bin Husin dan Noordin M. Top, warga Malaysia yang diduga menjadi dalang sejumlah aksi bom bunuh diri di Tanah Air.
Cikal-bakal TNI Angkatan Laut
10 September 1945, Badan Keamanan Rakyat Laut didirikan oleh pelaut-pelaut veteran Koninklijke Marine dan Kaigun. Koninklijke Marine merupakan Angkatan Laut Belanda, sedangkan Kaigun merupakan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang.
Badan inilah cikal-bakal dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut. Setelah terbentuk, maka berbagai kesatuan laut terus berbenah untuk membangun matra ini menjadi lebih baik.
Pasukan BKR Laut memulai aksi-aksi untuk mengambil alih gedung-gedung di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Pada 5 Oktober 1945, BKR akhirnya berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Otomatis, matra yang ada di dalamnya termasuk laut juga menyesuaikan.
TKR Laut akhirnya lebih dikenal sebagai Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) sebelum belakangan menjadi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL).
Bom Meledak di Parkiran Bursa Efek Jakarta
13 September 2000, sebuah bom berdaya ledak tinggi meluluh lantakkan gedung Bursa Efek Jakarta atau BEJ (sekarang Bursa Efek Indonesia/BEI). Kobaran api dan gumpalan asap hitam seketika memenuhi ruangan di lantai P2.
Insiden mengerikan itu merenggut nyawa 15 orang. Bom sengaja dilancarkan teroris satu hari sebelum pembukaan Olimpiade Musim Panas 2000 di Sydney, Australia. Bom mobil itu meledak di ruang bawah tanah Bursa Efek Jakarta.
Meski begitu, dalam waktu 12 hari, aparat keamanan berhasil meringkus enam tersangka pelaku peledakan bom di Bursa Efek Jakarta.
Keenamnya adalah Ibrahim AMD bin Abdul Wahab, Sersan Irwan alias Irfan, Kopral Ibrahim Hasan, Iswadi H. Jamil, Tengku Ismuhadi Jafar, dan Nuryadin.
Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI)
30 September 1965, merupakan peristiwa kelam dalam sejarah Indonesia. Sebab, ini adalah peristiwa yang hanya terjadi satu malam. Yaitu, 30 September (G30S/PKI) hingga 1 Oktober 1965 pada dini hari.
Enam perwira tinggi, tiga perwira menengah dan satu tamtama militer Indonesia, serta satu warga sipil dibunuh dengan keji dalam suatu usaha kudeta PKI. Panglima Kostrad Mayor Jenderal TNI Soeharto bergerak cepat memadamkan pemberontakan.
Perburuan pada para pelaku G30S dilakukan cepat. PKI dinyatakan berada di balik gerakan pengambil alihan kekuasaan dengan kekerasan. Para tokohnya diburu dan ditangkap.
Sebagian tokoh PKI diadili di Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub), dan sebagian lagi dijatuhi hukuman mati.
Ketua PKI DN Aidit yang dituding merancang gerakan ini bersama ketua Biro Chusus PKI, Sam Kamaruzzaman melarikan diri ke Jawa Tengah. Namun, keduanya bisa ditangkap, lalu dibunuh.
G30S/PKI menandai naiknya pemerintahan Orde Baru menggantikan Orde Lama. Selain memperingati G30S/PKI, setiap 1 Oktober juga diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila.