Ketum Golkar Terpilih Dinilai Sosok yang Dekat Terhadap Istana
- VIVA.co.id/Fajar GM
VIVA – Ketua Umum Partai Golongan Karya atau Golkar periode baru yang akan terpilih melalui Musyawarah Nasional (Munas) pada 2019 ini, dinilai sebagai sosok yang memang telah memiliki kedekatan khusus dengan kepala negara yang sedang berkuasa.
Menurut pengamat politik Hanta Yuda, ia menemukan pola pada ketua umum Golkar selalu saja mereka yang memang dekat dengan pimpinan Indonesia atau Presiden yang sedang berkuasa.
"Pemenangnya selalu yang didukung Medan Merdeka Utara (Istana Negara)," ujar Hanta dalam diskusi di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta, Sabtu, 3 Agustus 2019.
Hanta mencontohkan Jusuf Kalla yang menjadi Ketum Golkar periode 2004-2009, memimpin Golkar saat ia juga sedang menjadi wakil presiden. Selain itu, Akbar Tanjung yang menjadi Ketum Golkar pada 1998-2004, juga memiliki kedekatan dengan presiden ke-3 BJ Habibie, karena pernah menjadi menteri di kabinetnya.
"Akbar Tanjung dekat dengan Habibie kan," ujar Hanta.
Hanta juga mengemukakan, pada 2009, Aburizal Bakrie (ARB) juga terpilih memimpin Golkar karena memiliki kedekatan pula dengan presiden periode itu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
ARB saat itu mengalahkan rivalnya sebagai ketum, Surya Paloh, yang pada waktu itu menunjukkan sikap sebagai oposisi terhadap SBY.
"Kalau antara Pak ARB dan Surya Paloh, kita ingat Pak Surya memosisikan diri berseberangan, oposisi, dengan Pak SBY," ujar Hanta.
Sebagai informasi, mengacu kepada peraturan internal, Munas Golkar harus diselenggarakan pada 2019. Dua kader, yaitu Airlangga Hartarto, juga Bambang Soesatyo, telah menyatakan akan memperebutkan jabatan Ketum di Munas.