Sindir Yorris, Golkar: Kayak Amnesia Sejak Mundur dari Partai
- ANTARA FOTO/Hafidz Mubarok A
VIVA – Elite Golkar kompak merespons manuver Yorris Raweyai yang melempar usulan mempercepat Musyawarah Nasional atau Munas. Wakil Sekjen DPP Golkar Maman Abdurrahman menyindir Yorrys seperti amnesia.
Dia heran dengan pernyataan Yorris yang menyebut Munas sebaiknya dipercepat karena pencapaian di Pileg 2019.
"Tenang saja, munas pasti ada kok. Tapi, sesuai waktunya. Jadi, Bang Yoris santai aja, ojo kesusu," ujar Maman saat dihubungi, Sabtu, 22 Juni 2019.
Maman juga menyinggung posisi Yorris yang sudah mundur dari Golkar. Yorris diketahui terpilih menjadi Anggota DPD sehingga tak bisa menjadi anggota partai.
Pernyataan Yorris bila tradisi Golkar bahwa tak ada kader dua kali maju jadi caketum juga dikritiknya. "Bang Yoris kayak amnesia sejak mundur dari partai. Di Golkar itu proses pengambilan keputusan di Partai Golkar aturan dan mekanisme, bukan tradisi," ujar Maman.
Dia pun mengingatkan bila Yorris maksudnya peduli terhadap Golkar lebih baik pakai cara yang lebih bijak. Menurutnya, ada cara kritis terhadap kiprah caleg inkumben di Pileg 2019 yang perolehan suaranya tak terlalu mendongkrak suara partai.
"Lebih baik itu saja kalau mau peduli dan perbaiki partai. Manuvernya yang bijak," tutur Maman.
Tanpa Dasar
Ketua DPP Partai Golkar, Ace Hasan Syadzily, berpendapat ucapan Yorris tanpa dasar yang mengingat tradisi partai terkait masa ketua umum hanya satu periode. Ucapan Yorris hanya tak mau Airlangga Hartarto maju lagi sebagai ketum.
"Tidak ada ketentuan dalam AD/ART bahwa Ketum Umum itu harus satu periode," kata Ace ketika dihubungi VIVA, Sabtu 22 Juni 2019.
Ace mengatakan, lagipula Airlangga memimpin partai baru satu setengah tahun belakangan. Terpilihnya Menteri Perindustrian itu, menyusul ditetapkannya Setya Novanto sebagai tersangka lewat Musyawarah Nasional Luar Biasa atau Munaslub pada Desember 2017.
"Pak Airlangga Hartarto itu menjabat sebagai ketua umum meneruskan jabatan," kata Ace.
Sebelumnya, Yorris Raweyai menegaskan, Golkar tidak pernah ada ketua umum yang bisa dua kali berturut-turut memegang tampuk kepemimpinan. Alasannya karena derasnya arus regenerasi di tubuh partai Beringin itu.
Menurutnya, bila ada yang mencalonkan dua kali berarti itu melanggar tradisi.
"Golkar dalam kapasitasnya sebagai parpol yang membuka diri sampai stakeholder atau pemilih di basis, menunjukkan bahwa kalau ada yang mau mencalonkan diri dua kali, itu berarti melanggar tradisi," jelas Yorris dalam diskusi di Menteng, Sabtu, 22 Juni 2019.