TGB: Kalau Alquran Diletakkan di Rak Fiksi, Toko Buku Bisa Didemo

Gubernur NTB, TGB Zainul Majdi
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi

VIVA – Koordinator Bidang Keumatan Golkar Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) angkat bicara terkait polemik Rocky Gerung atas ujarannya 'Kitab suci adalah fiksi' di program ILC tvOne beberapa waktu lalu.

Rocky Gerung Kasih Support ke Pramono Jelang Pencoblosan: Dia Teman Baik Saya

Atas ujaran itu, Rocky Gerung dilaporkan ke Polda Metro Jaya atas tuduhan peninstaan agama. Rocky juga sudah dimintai keterangan pihak Kepolisian terkait hal tersebut.

Menurut TGB, ucapan Rocky tersebut tidak dapat dibenarkan. Dia merasa aneh jika kitab suci disejajarkan dengan karya fiksi.

Terpopuler: Kompol Ulil Minta Izin Berhenti jadi Polisi Sebelum Ditembak Mati, Jokowi Cemas di Pilgub Jateng

"Saya tidak bisa bayangkan kalau di sebuah toko buku, Alquran diletakkan di rak fiksi bersama novel, dongeng, kumpulan cerpen dan karya fiksi lain. Bisa didemo toko itu," tulis TGB dalam keterangan persnya, Jumat, 8 Februari 2019.

Mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat ini menekankan bahwa kitab suci bukan merupakan bagian dari fiksi.

Rocky Gerung: Statistik Andika Perkasa Merangkak Menanjak di Jateng, Jokowi Mulai Cemas

"Kitab suci bukan fiksi, karena ia bukan imajinasi, namun pemberitahuan tentang kenyataan, yang telah terjadi ataupun yang akan terjadi. Gaib bukan fiktif tapi hakiki dan benar bagi orang beriman," terangnya.

Anggota Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf ini menceritakan sebelumnya pernah ada kasus yang menuding kitab suci bagian dari fiksi.

Polemik tersebut kata TGB, pernah terjadi saat sastrawan terkemuka di Mesir, Thaha Husein, menulis buku berjudul Fi Asy-sy'ril Jahily (Tentang Syair Masa Jahiliyah).

"Mengambil kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam kitab suci, Thaha Husein menyimpulkan bahwa kisah itu 'mutakallafah wa mashnu'ah fii 'ushuurin muta'akhirah da'at ilayha haajatun diiniyyah aw iqtishadiyyah aw siyasiyyah'. Yaitu kisah yang direkayasa dan dibuat-buat di masa belakangan untuk motif keagamaan, ekonomi atau politik," ungkapnya.

Bagi Thaha Husein, kisah Ibrahim dan Ismail dalam Taurat, Injil dan Alquran itu fiksi, imajinatif dan tidak ada landasan sejarahnya alias tidak pernah terjadi. Pernyataan ini menimbulkan kontroversi luar biasa saat itu di Mesir, karena dianggap menggergaji dasar yang paling fundamen dalam agama yaitu keyakinan akan kebenaran wahyu.

"Banyak ulama menulis buku untuk menolak klaim kitab suci itu fiksi ala Thaha Husein ini, seperti Grand Syekh Al-Azhar. Yang menarik, di Indonesia justru sebagian figur yang ditokohkan umat justru berusaha mentakwil dan mencari pembenaran ungkapan kitab suci itu fiksi," sambungnya.

TGB juga mengkritisi pihak yang membenarkan pernyataan Rocky Gerung dan mengklaim pernyataan tersebut bukan dimaksudkan pada Alqur'an melainkan Injil.

"Orang itu lupa dua hal, pertama, Alquran adalah kitab suci, maka ketika disebut kitab suci, Alquran termasuk di dalamnya. Kedua, kesucian Taurat dan Injil dalam pandangan Islam tetap diakui selain bagian-bagian yang diyakini di-tahrif atau di-tabdil, diganti atau dirubah," ujar TGB

"Itu sebabnya para ulama melarang kita untuk melecehkan Injil atau Taurat dengan membuangnya ke tempat sampah misalnya, karena di dalamnya ada nama Allah dan asma-Nya serta firman Allah yang tidak diubah. Bagian yang tidak diubah tentu bukan fiksi karena itu wahyu dari Allah SWT," imbuhnya.

TGB meminta masyarakat untuk meluruskan hal yang semestinya diluruskan, dengan tidak membela ucapan Rocky Gerung hanya karena dalam pandangan politik yang sama.

"Upaya untuk bernasihat dalam kebaikan, meluruskan hal yang perlu diluruskan, apalagi yang menyangkut hal yang sangat fundamental dalam beragama harus terus dilakukan. Apapun pandangan atau sikap politik kita. Sikap dan pandangan politik bersifat ijtihaady, sedangkan fundamen agama itu qath'iy," tutupnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya