Jubir Jokowi Sebut Soeharto Guru Korupsi, Demokrat: Tidak Beradab
- VIVA.co.id/ Nur Faishal.
VIVA – Anggota Advokasi dan Hukum Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, Ferdinand Hutahaean, menanggapi pernyataan Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Ahmad Basarah, yang menyebut Presiden kedua RI, Soeharto, sebagai guru korupsi.
Ia menilai Tim Jokowi-Ma'ruf sepertinya memang dihinggapi penyakit yang tidak bisa menghormati pemimpin pendahulu bangsa ini.Â
"Mulai dari Jokowi sampai jajarannya, sepertinya tidak pernah bisa menghormati para pemimpin terdahulu. Saya pikir Ahmad Basarah terlalu brutal dan berlebihan menunjuk Soeharto sebagai guru dari korupsi," kata Ferdinand saat dihubungi, Kamis, 29 November 2018.
Menurutnya, apa pun kelemahan dan kesalahan Soeharto, tetap tidak patut seorang Ahmad Basarah memberikan pernyataan tendensius seperti itu.Â
"Ini menunjukkan kualitas Tim Jokowi yang tidak tahu terima kasih kepada para pemimpin terdahulu," kata Ferdinand.
Ia menegaskan, Soeharto sebagai bapak pembangunan, penumpas PKI, bukan guru korupsi seperti yang dituduhkan Wasekjen PDIP itu.Â
Ia mengimbau kepada seluruh pendukung Soeharto atau Soehartoisme untuk tidak memilih Jokowi, karena ternyata timnya melecehkan nama Soeharto dan tidak menghormatinya.Â
"Ini pelecehan kepada pemimpin bangsa. Dan kalau boleh, saya harus nyatakan itu sebagai pernyataan tidak beradab," kata Ferdinand.
Sebelumnya, Juru Bicara Tim Jokowi-Ma'ruf, Ahmad Basarah, tak terima dengan pernyataan calon Presiden Prabowo Subianto, yang menyebut Indonesia kini seperti dilanda penyakit kanker stadium empat dalam hal korupsi.
Menurut dia, budaya korupsi saat ini merupakan warisan era Orde Baru, di mana Prabowo pernah menjadi bagiannya. Lanjut Basarah, korupsi masih menjadi tantangan bersama, meski kini belum bisa terselesaikan.
"Jadi guru dari korupsi Indonesia sesuai TAP MPR Nomor 11 tahun 1998 itu mantan Presiden Soeharto dan itu adalah mantan mertuanya Pak Prabowo," ujar Basarah.