Tanggapi BIN, Gerindra: Radikalisme Tidak Identik Keburukan
VIVA – Partai Gerindra mempertanyakan rilis Badan Intelijen Negara yang menyebut ada 41 masjid di lingkungan pemerintah yang terindikasi terpapar radikalisme.
Gerindra mengkritik rilis itu karena tak lebih dahulu dijelaskan pengertian radikalisme. Namun, partai oposisi itu berpendapat, radikalisme sesungguhnya tak selalu bermakna atau berdampak negatif.
"Radikalisme tidak identik dengan negatif dan keburukan. Sumpah pemuda adalah salah satu bukti tindakan radikal," kata Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra, Sodik Mudjahid, lewat keterangan tertulisnya, Senin, 19 November 2018.
Wakil Ketua Komisi VIII DPR yang membidangi agama itu juga mempertanyakan pihak yang bagaimana yang sering dianggap radikal: bertentangan dengan Pancasila atau hanya mengkritik pemerintah. Dia malahan curiga bahwa yang dianggap radikal itu sebenarnya cuma kritis terhadap pemerintah.
Maka, katanya, perlu pendekatan yang tepat terhadap sikap kritis di lingkungan masjid. Dia menilai memang banyak kalangan muda kritis yang di lingkungan masjid. "Masjid-masjid, kampus dan masjid-masjid BUMN penuh dengan pemuda-pemuda mahasiswa kaum milenial yang cerdas dan berwawasan, tapi kritis," ujarnya.
BIN mengungkap ada 41 dari 100 masjid di lingkungan kementerian, lembaga, serta BUMN yang terindikasi terpapar radikalisme. Masjid itu dibagi dalam tiga klasifikasi level: rendah, sedang, dan tinggi.
Rinciannya, sebagaimana dinyatakan Staf Khusus Kepala BIN Arief Tugiman, 11 masjid kementerian, 11 lembaga, dan 21 masjid BUMN.