Cerita Ketum Projo saat Insiden yang Membuat SBY Walk Out

Presiden Joko Widodo (tengah) bersama Ketua Umum DPP Projo Budi Arie Setiadi (kanan) dan Sekjen DPP Projo Handoko (kiri) menghadiri Rakernas IV Projo di Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

VIVA – Karnaval pada Deklarasi Kampanye Damai Pemilu Serentak 2019 di Monas, yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), Minggu kemarin 23 September 2018, diwarnai aksi walk out Ketua Umum Partai Demokrat yang juga Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono.

Kekuatan SBY dan Ancaman Anas-Moeldoko

Aksi ini dilakukan SBY, karena merasa tidak nyaman dengan teriakan-teriakan dari pendukung calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01, Joko Widodo - Ma'ruf Amin. Di antara massa pendukung itu, membawa bendera relawan Pro Jokowi atau Projo.

Menyikapi insiden itu, Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi menjelaskan bahwa kehadiran mereka dan massa Projo tak lain adalah untuk menyemarakkan pemilu damai, dan ikut bergembira di dalamnya. 

Kesal dengan PSI, Demokrat Minta Jangan Seret SBY

Budi Arie menjelaskan bahwa mereka ikut menyemarakkan deklarasi itu karena membawa energi positif dari masyarakat. Siapapun, ia mengaku sangat menghormati semua pihak. Termasuk Presiden ke-6 RI SBY, Megawati dan BJ Habibie.

"Kami hanya bernyanyi "Jokowi lagi, Jokowi lagi". Kami tidak memprovokasi siapapun. Bahwa kami hadir dalam jumlah yang besar, penuh semangat kegembiraan, wajar saja," kata Budi Arie, saat dihubungi, Senin 24 September 2018.

Kumpul di Blora, Gabungan Relawan: Kita Satu Komando Ikut Jokowi

Sebagai pendukung Jokowi, menurutnya, wajar kalau yang dinyanyikan adalah mengenai pasangan calon yang mereka dukung. Pasti juga, lanjut dia, ingin agar yang didukung itu bisa menang, dalam hal ini adalah Jokowi.

Para pendukung termasuk Projo, lanjut Budi Arie, hanya bernyanyi saja. Tidak ada hal-hal provokatif yang dilakukan, termasuk kepada SBY.

"Tidak ada aroma permusuhan, amarah dan dendam. Tidak ada kata-kata kasar, makian, bahkan kami tidak mencemooh siapa pun. Kami berjumpa dengan seluruh pimpinan parpol. Tanya saja kepada mereka apa yang kami lakukan," jelas Budi.

Menurutnya, menyanyikan lagu-lagu agar Jokowi menang lagi, bukan suatu yang salah. Insiden yang disebut SBY itu juga, kata dia, ada pada ruang publik, yang semua orang bisa menggunakannya termasuk Projo.

"Kami hanya bernyanyi dan teriak "Jokowi lagi, Jokowi lagi", Apa itu salah? Kami ada di ruang publik bukan di area yang jadi tanggung jawab KPU," katanya.

Protes SBY bahwa saat ia melintas lalu ada relawan Jokowi yang meneriakkan yel-yel itu, dikatakan Budi Arie bahwa mereka memang meminta Ketua Umum Demokrat itu mendukung Jokowi. Budi mengaku, pihaknya punya alasan yang kuat.

"Karena faktanya banyak kader Partai Demokrat juga yang mendukung Jokowi di berbagai daerah seperti Pakde Karwo (Gubernur Jawa Timur Soekarwo) dan Lukas Enembe (gubernur Papua). Sebagai tokoh nasional, saya menilai wajar ajakan itu. Kalau enggak mau ya enggak apa-apa. Demokrasi kan menghormati perbedaan pendapat," jelas Budi.

Terhadap aksi itu, Budi mengaku tidak ada sesuatu persoalan yang dilanggar. Apalagi disebut melanggar undang-undang. Menurutnya itu terlalu jauh.

"Biarkan rakyat merayakan pesta demokrasi 2019 dengan penuh kegembiraan," kata Aktivis UI 98 ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya