Kirab Kebo Bule, Kotorannya pun Diyakini Memiliki Tuah
- VIVA.co.id/ Fajar Sodiq.
VIVA - Sebanyak tujuh ekor kerbau bule keturunan Kiai Slamet mengikuti kirab pusaka di Keraton Kasunanan Surakarta, Selasa malam, 11 September 2018. Selain diikuti ribuan abdi dalem, kirab malam 1 Sura itu juga diikuti oleh Kapolda Jawa Tengah, Irjen Po Condro Kirono, dan Pangdam IV Diponegoro, Mayjen Wuryanto.
Ribuan orang berdesakan di sepajang jalan yang dilalui iring-iringan kirab pusaka yang diawali dengan barisan kerbau bule atau biasa disebut kebo bule sebagai cucuk lampah. Kirab tersebut baru keluar dari keraton sekitar pukul 24.00 WIB.
Ketika iring-iringan kebo bule mulai meninggalkan kori kamandungan atau depan keraton, selanjutnya warga langsung berebut mengambil sisa dari pakan, minuman maupun sesaji yang dipersembahkan untuk kebo bule. Mereka meyakini sisa-sisa tersebut maupun kotoran kebo itu memiliki tuah.
Dalam kirab itu, Kapolda Jawa Tengah dan Pangdam IV Diponegoro tampak berada di barisan pengiring kirab pusaka paling depan. Belasan pusaka milik keraton dikirab pada malam sakral itu. Bahkan, suasana mistik dengan bau dupa dan menyan yang menyengat begitu terasa.
Para peserta kirab yang mengenakan busana adat Jawa serba hitam itu tampak khusyuk mengikuti ritual kirab tersebut. Mereka berjalan tanpa menggunakan alas kaki menyusuri rute kirab mulai dari supit urang - alun alun utara - Gladag - Jalan Mayor Kusmanto - Jalan Kapt Mulyadi - Jalan Veteran - Jalan Yos Sudaro - Nonongan - Gladag dan kembali lagi ke keraton.
Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta, KGPH Dipokusumo, mengatakan pelaksanaan kirab malam 1 Sura berdasarkan penghitungan kalender Jawa Sultan Agung yang merupakan gabungan antara kalender Hijriyah dan Tahun Saka itu jatuh pada 11 September 2018.
"Tradisi kirab upacara 1 Sura untuk tahun ini adalah pada tanggal 11 September dan harinya Selasa Wage malam atau malam Rabu. Waktunya kirab tengah malam," kata dia, Selasa malam, 11 September 2018.
Menurut Dipokusumi, kirab pusaka malam 1 Sura sangat identik dengan kirab kebo bule, pasalnya kerbau sangat identik dengan budaya keraton. Pada masa silam, kerbau mejadu bagoan yang tidak bisa lepas dari tata kehidupan masyarakat tradisional seperti dijadikan sebagai alat transportasi.
"Selain itu kerbau juga dijadikan makna simbolis dan makna luhur di keraton. Makanya ada nama-nama di keluarga keraton dengan nama kebo seperti Kebo Kenongo dan lainnya," katanya.
Dalam kirab malam 1 Sura, disebutkan dia, keraton mengeluarkan tujuh ekor kebo bule untuk menjadi cucuk lampah dalam kirab pusaka. Keraton sendiri saat ini memiliki kebo bule sebanyak 17 ekor.
"Yang dipilih untuk kirab itu tujuh ekor. Itu pun dipilih yang tidak galak supaya kirab berjalan dengan lancar," ujarnya.
Sementara itu, salah seorang warga asal Purwodadi, Rasti, mengaku kedatangannya ke keraton untuk mengikuti kirab pusaka. Ia pun berusaha mencari berbagai ubo rampe dari kebo bule untuk dibawa pulang.
"Ini tadi saya dapat air kembang setaman untuk minuman kebo bule," kata dia sambil menunjukkan air kembang yang telah dimasukkan ke dalam botol air mineral.
Ia menyakini jika hal yang berkaitan dnegan kebo bule memiliki tuah. Bahkan, air tersebut akan disimpan di rumah.
"Ini air kembang ini buat segalanya, ya untuk jualan dan juga untuk keselamatan," katanya.