Fahri Hamzah Sebut Pidato Jokowi Mengadu Domba
- Lilis
VIVA – Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah, menilai pidato Presiden Joko Widodo belum pernah menyatukan rakyat, tapi justru sering dianggap mengadu domba.
"Pidatonya dari awal ngadu domba rakyatnya sendiri. Pisahkan agama dengan politik, saya Pancasila kamu bukan. Sampai begitu, ini sekarang begitu, diajak berantem relawan-relawan," kata Fahri di Gedung DPR, Jakarta, Senin 6 Agustus 2018.
Berbeda dengan Soekarno yang menurutnya semua pidatonya menyatukan rakyat dan mengalihkan perhatian pada musuh besar. Seperti ungkapan 'Inggris kita linggis, Amerika kita setrika'.
"Jadi teralihlah perhatian kita pada musuh besar. Kita menyatu, melawan musuh, melawan musuh negara, melawan pengkhianat yang datang merongrong kita dari luar. Lah ini nggak," kata Fahri.
Persoalannya, ia menambahkan relawan tak ada akte dan penanggungjawabnya. Berbeda dengan parpol yang memiliki mandat, kejelasan posisi, dan ada penanggungjawabnya.
"Namanya relawan, kan orang rela yang datang berkerumun dengan ketidakjelasan itu mau disuruh berantem, kalau berantem siapa mau tanggungjawab? Namanya relawan. Kita nggak bisa lacak itu siapa. Dan itu bisa menciptakan anarki. Berhentilah memecah belah rakyat," kata Fahri.
Ia meminta Jokowi harus mulai pidato sebagai negawaran yang membuat semua terpukau. Kegagalan narasi pemerintahan ini dianggap dari awal merusak bangsa Indonesia.
"Presiden baru adalah presiden yang punya narasi. Narasi yang menyatukan, membangkitkan semangat kita, narasi yang membuat kita bangun dari keterpurukan, Dari perasaan tidak mampu menjadi mampu, dari perasaan menggenggam dunia ini dan melakukan perubahan besar. Itu baru pemimpin seperti Bung Karno," kata Fahri.
Menurutnya, pidato Soekarno merupakan pidato yang tidak mungkin menyebabkan bangsa ini dengam 17 ribu pulau menyatu saat semua masih miskin.
"Kita bisa dibikin bersatu, sekarang kita punya, sudah punya semuanya. Apa yang kita nggak punya sih. Tapi kok diacak-acak berantakan. Gampang ngalahkan Jokowi. Cuma ada lawannya nggak," kata Fahri.
Jokowi Bantah
Presiden Joko Widodo membantah meminta para relawannya untuk berantem bila lawan menggunakan cara negatif. Ia meminta agar konteks pernyataannya dilihat secara utuh dan tidak sepotong-potong.
Jokowi mengatakan, narasi yang ia bangun bukanlah berantem. Tetapi, justru menyinggung masalah kerukunan dan tidak saling mencela. Karena dipotong, maka jadilah seolah-olah diminta untuk siap berantem.
Menurut dia, dengan mengambil video sepotong maka ada pihak lain yang justru menyebutnya meminta relawan untuk berantem.
"Jangan diambil sepotongnya saja. Nanti yang enak yang mengomentari kalau seperti itu. Dilihat semuanya secara keseluruhan. Konteksnya akan kelihatan," ujarnya.