Banyak Jagoan PDIP Keok di Pilkada, Ini Analisis Penyebabnya
- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
VIVA – Meski belum ada pengumuman perhitungan resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU), pilkada serentak 2018 terdapat beberapa hasil mengejutkan. Salah satunya kalahnya sejumlah pasangan calon yang diusung PDI Perjuangan dalam versi hitungan cepat alias quick count.
Pengamat politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio menganalis penyebab banyak keoknya duet jagoan PDIP. Ia mencontohkan kekalahan pasangan TB Hasanuddin-Anton Charliyan di Pilgub Jawa Barat. Padahal, PDIP sebagai parpol dengan elektoral kursi terbesar di Jabar, sehingga bisa mengusung pasangan calon tanpa koalisi.
"Kekalahan ini di Jabar karena duet PDIP tak kuat dan tak dekat dengan warga pemilih. Berbeda hasilnya kalau dekat dengan warga seperti di Pilgub Bali, Jateng, PDIP menang," kata Hendri, Rabu, 27 Juni 2018.
Hendri menambahkan, hal serupa juga terjadi di Pilgub Sumatera Utara. Menurutnya, kekalahan Djarot Syaiful Hidayat-Sihar Sitorus karena interest eks gubernur DKI itu kurang dikenal warga Sumut. Meski relatif imbang secara kertas dengan duet Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah alias Ijeck, Djarot dinilai masih sulit merangkul warga Sumut.
"Tidak mudah. Faktor kedekatan dengan warga yang memilih jadi utama. PDIP dalam seleksi harus diperkuat," jelas Hendri.
Foto: TB Hasanuddin-Anton Charliyan
Sementara itu, pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Syarif Hidayatullah Adi Prayitno menyoroti kekalahan Karolin Margret-Suryadman Gidot di Pilgub Kalbar. Bagi dia, trah politik dinasti sudah tak menjadi acuan. Karolin merupakan putri dari mantan gubernur Kalbar dua periode, Cornelis.
Masyarakat sebagai pemilih bisa menentukan suaranya tanpa melihat trah calon pemimpin.
"Pemilih sudah cerdas melihat. Politik dinasti bukan jaminan bakal terpilih generasi penerusnya. Lembaga survei sudah analisis kelemahan Karolin," ujar Adi.
Baca: Deretan Jagoan PDIP yang Keok di Pilkada 2018
Kemudian, Adi juga melihat kekalahan dalam Pilgub Jatim yang dialami pasangan Saifullah Yusuf alias Gus Ipul-Puti Guntur. Duet ini memiliki kelemahan dalam figur Puti yang terkesan cenderung memaksakan. Puti yang merupakan mantan anggota DPR ini dinilai belum mengakar di Jatim.
"Mungkin berbeda dengan Abdullah Azwar Anas yang sebelumnya menyatakan mundur. Puti ini kan dari Jabar terus ke Jatim. Belum bisa imbangi Gus Ipul," tutur Adi.
Baca: Jagoannya Keok di Jabar, PDIP Optimistis Hadapi Pemilu 2019