Politisi Demokrat Minta Kader PDIP Hati-hati Bicara
- Repro Instagram
VIVA – Kepala Divisi Advokasi dan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean menjawab pernyataan petinggi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Komarudin Watubun yang mempersoalkan tuduhan Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut dia pernyataan Watubun memperlihatkan kepanikan.
"Bahkan dia menyebut SBY menggunakan intelijen pada Pilpres 2004. Dia sampai lupa, saat itu Megawatilah Presiden yang menjadi calon incumbent atau petahana," kata Ferdinand saat dikonfirmasi, Minggu 24 Juni 2018. "Komarudin Watubun panik hingga memberikan penjelasan saja ngawur dan salah," ucap dia menambahkan.
Terkait anggota Komisi Pemilihan Umum yang kemudian jadi kader Demokrat, dia menjelaskan itu adalah pilihan politik setiap warga negara, bukan karena dijanjikan jabatan oleh SBY. Dia menilai tudingan Watubun yang lain juga mengada-ada.
"Komarudin bisa memfitnah Anas Urbaningrum dan Andi Nurpati kalau begini. Hati-hati, bilang Komarudin, nanti uzur masuk bui karena memfitnah," ujar Ferdinand.
Mengenai pemidanaan Antasari Azhar, Ferdinand mengatakan Antasari jelas-jelas dibui karena skandal pembunuhan, bukan karena kasus IT KPU seperti yang dituding Watubun. Dia meminta Watubun agar tidak ngawur dan serampangan. "Omong kosong saja itu isunya karena mau usut kasus IT KPU," kata Ferdinand.
Sebelumnya, menurut Watubun, saat Pemilihan Presiden 2009, SBY membujuk komisioner KPU dengan iming-iming tertentu. Sehingga banyak yang menurutnya dijadikan pengurus partai seperti Anas Urbaningrum dan Andi Nurpati.
"Siapa yang di belakang tim Alfa, Bravo dan Delta yang dibentuk SBY, warga sipil kah? Mengapa Antasari Ketua KPK dipenjara hanya karena mau mengusut IT Pemilu? Siapa yang menggunakan dana APBN melalui Bansos untuk keperluan Pemilu?" ujar Watubun, beberapa hari lalu.
"Siapa yang memanipulasi DPT tahun 2009? Siapa yang gunakan intelijen untuk Pilpres 2004 dan 2009?" ujarnya menambahkan.
Dia menegaskan bahwa SBY yang justru telah menggunakan alat-alat negara agar tidak netral. Watubun menilai serangan SBY ke pemerintahan Joko Widodo itu buntut dari jagoannya di Pilkada punya elektabilitas yang rendah.