PA 212 Ungkap Alasan Dorong Habib Rizieq Capres 2019
- REUTERS/Darren Whiteside
VIVA – Hasil rakornas Persaudaraan Alumni 212 ingin mengusung Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab sebagai bakal capres di Pemilihan Presiden 2019. Ketua Presidium PA 212, Slamet Maarif mengatakan ada beberapa alasan kuat mendorong Rizieq Shihab jadi capres.
"Seperti sahabat Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar yang selain pemimpin agama dan pemimpin pemerintahan. Di era kejayaan Islam dia seorang ulama dan dia pemimpin negara," kata Slamet dalam acara Apa Kabar Indonesia Pagi tvOne, Kamis 31 Mei 2018.
Slamet menyebut negara Indonesia memerlukan pemimpin tegas dan berani menyelamatkan dari kepentingan asing dan aseng. Kemudian, pertimbangan lain karena Habib Rizieq dicintai umat dan ini merupakan fakta.
"Negara ini butuh sosok pemimpin tegas, berani, menyelamatkan bangsa dari kepentingan asing, luar, dan aseng. Pertimbangan teman-teman lain yaitu figur utama yang dicintai umat dan punya massa riil," ujar Slamet.
Menurut dia, kemenangan Anies Baswedan di Pilgub DKI 2017 juga tak lepas dari andil Habib Rizieq yang punya umat. Dengan posisi Imam Besar FPI, Habib Rizieq dinilai punya pengaruh penting dalam kontes pemilu.
"Beliau punya FPI, bahkan tak bisa dipungkiri, Pilgub Jakarta, Pilgub Jabar, itu ada kemenangannya HRS," sebutnya.
Ketua Presidium Alumni 212 Slamet Maarif.
Kemudian, ia menekankan jumlah penduduk Indonesia banyak dengan ratusan juta jiwa. Ia menegaskan masyarakat harus diberikan pendidikan politik untuk memunculkan variasi alternatif calon pemimpin.
"Kita juga ingin memberikan pendidikan politik. Jumlah anak bangsa ini banyak dan bervariasi sehingga munculah itu," ujarnya.
Terkait syarat wajib dukungan parpol untuk mengusung capres, Slamet mengatakan akan berkomunikasi intens setidaknya dengan poros Gerindra dan PKS. Selain itu, ada PAN serta Partai Bulan Bintang (PBB) yang aka diajak berkomunikasi.
Selanjutnya, selain Habib Rizieq, PA 212 juga merekomendasikan tokoh lain sebagai bakal capres seperti Prabowo Subianto, Tuan Guru Bajang, Yusril Ihza Mahendra, dan Zulkifli Hasan. (ren)