Meroket di Survei, Jagoan PDIP di Jabar Jadi Kuda Hitam 

Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat TB Hasanudin (tengah) - Anton Charliyan (kanan)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

VIVA – Pasca debat putaran dua Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2018, perolehan suara pasangan Tb Hasanuddin-Anton Charliyan (Hasanah) disebut meningkat signifikan berdasarkan survei ILMA Research and Consulting yang menyebut pasangan yang diusung PDIP ini bersaing ketat dengan meraih 19,5 persen suara.

Iklan Judi Online Mejeng saat Streaming Debat Pigu Jabar, KPU Kasih Penjelasan

Melihat tren positif tersebut, Direktur Eksekutif Eksplorasi Dinamika dan Analisis Sosial (EDAS), Wawan Gunawan, menilai bukan mustahil Hasanah bisa menjadi kuda hitam dan memenangi kontestasi politik terbesar di Bumi Pasundan ini.

“Kalau mesin partai dan para pentolan PDIP, serta pengusungnya serius, bukan tidak mungkin (Hasanah) akan menjadi kuda hitam,” kata Wawan di Bandung, Minggu 27 Mei 2018.

Dedi Mulyadi-Erwan Dinilai Bisa Bawa Jawa Barat sebagai Lokomotif Ekonomi Indonesia

“Yang paling penting pentolan dan mesin partai sungguh-sungguh bekerja. Karena kan tidak bisa disandarkan kepada dua orang paslon. Harus dikeroyok,” ujarnya.

Cagub Jabar dari PDIP TB Hasanudin

Bukan Karbitan, Ronal Surapradja Cawagub Jabar Ternyata Eks Caleg PDIP

Menurut Wawan, kerja keras dan gotong royong adalah kunci Hasanah untuk mempertahankan tren positif elektabilitas yang sudah ada.

“Ideologi gotong royong yang selama ini diusung oleh PDIP diuji. Kalau memang masih konsisten dengan gotong royong, bisa menang kalau dipakai itu prinsip ideologi gotong royong,” ujarnya.

Menurut dosen di Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) ini, sisa 30 hari kampanye adalah waktu yang sangat cukup bagi Hasanah untuk terus meroket.

“Tinggal didorong benar-benar semua komponen yang menjagokan Hasanah, harus bekerja habis-habisan,” tegasnya lagi. 

Wawan mengingatkan, 31 juta pemilih di Jabar itu mayoritas rakyat kecil (wong cilik), segmen masyarakat yang paling diperjuangkan PDIP. Oleh karenanya, sifat kegotongroyongan juga diyakini masih melekat di sebagian besar rakyat Jabar.

“Jadi kalau itu (gotong royong) digunakan dengan baik, tidak menutup kemungkinan Hasanah bisa menyalip yang lainnya. Karena kan ada kelemahan di paslon lain yang sudah merasa unggul. Biasanya kalau yang sudah unggul, ah tenang aja da bakal menang ini. Jadi aja males,” katanya.

Lebih jauh, Wawan mengatakan, Hasanah punya keunggulan dibanding pasangan lain, yakni program-program yang mudah dicerna oleh kebanyakan masyarakat Jabar di perdesaan. Hal ini juga yang membuat Hasanah, masih menurut survei ILMA, unggul dalam debat kedua Pilgub Jabar 2018.

“Dibandingkan dengan yang lain begitu, masyarakat lebih mudah mencerna. Masyarakat yang mana? Masyarakat yang kebanyakan di Jawa Barat, bukan masyarakat di pusat-pusat kota, urban,” ujarnya.

“Mungkin kalau masyarakat urban lebih ke pasangan yang lain. Orientasinya programnya lebih teknopolis, inovatif. Tapi kan jumlah masyarakat Jawa Barat di daerah itu kan jauh lebih banyak ketimbang masyarakat yang di perkotaan,” katanya.

Untuk diketahui, survei ILMA yang dilakukan pada 15-20 Mei 2018, menunjukkan tiga paslon Pilgub Jabar 2018 bersaing ketat, dengan selisih elektabilitas yang tipis. Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum (Rindu)  28,63 persen, Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi (2D) 27,88 persen, Tubagus Hasanuddin-Anton Charliyan (Hasanah)  19,50 persen, dan posisi paling buncit Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Asyik) 5,13 persen. Sementara responden yang menjawab tidak tahu atau tidak menjawab 18,88 persen.

Survei ILMA juga mengonfirmasi Hasanah sebagai pasangan yang paling baik saat debat kedua, yakni dengan persentase 16,63 persen. Selanjutnya, Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi dengan 15 persen, Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum (Rindu) 14,13 persen dan Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Asyik) 9,13 persen.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya