Suharto Dibenci, Suharto Dirindukan
- REUTERS/Enny Nuraheni/Files
Karena itulah, Bedjo merasa heran ketika belakangan muncul pendapat di kalangan masyarakat yang memunculkan bahwa seolah-solah Pak Harto adalah pahlawan.
Dia menyebut gejala ini sebagai "kebangkitan rezim otoriter Orde Baru".
Kisah pengagum Suharto
Di ruangan seluas sekitar 500 meter persegi itu bertebaran wajah Suharto. Ia dilukis dalam berbagai gaya, momen, dan mimik. Mulai dari yang berpakaian militer dengan tangan menghormat, bersama Soekarno, dan juga yang bersisi-sisian dengan Jenderal Sudirman.
Semua imaji itu tersaji dalam kanvas berbagai ukuran, hasil lukisan Djoko Timun. Pria bernama asli Djoko Mursabdo itu adalah seniman pengagum Suharto yang tinggal di Yogyakarta. Kecintaannya terhadap Suharto diwujudkan dalam bentuk karya lukis.
Selain mencintai Suharto, Djoko juga kagum pada Presiden kedua Indonesia itu. "Saya hanya mengekspresikan kekaguman saya, terlepas baik dan dan buruknya, beliau adalah bagian dari sejarah bangsa," kata Djoko kepada wartawan di Yogyakarta Switzy Sabandar.
Beberapa hal yang dipuji Djoko dari Suharto antara lain gaya kepemimpinan, pembangunan semasa pemerintahannya, karisma, hingga gaya hidup Jawa dan nilai-nilai kejawen yang dianutnya.
Di luar hal-hal itu, Djoko sejatinya punya pengalaman tak terlupakan yang membuat pria 58 tahun itu semakin membanggakan Suharto. Peristiwa itu terjadi pada pertengahan 1990 silam.
Ketika itu Suharto berkunjung ke Yogyakarta guna meresmikan Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia. Kebetulan rumah Djoko berdekatan dengan kampus dan rombongan presiden akan melewatinya.
Ia menyiapkan anak-anak untuk mengayunkan bendera kecil di tangan ketika Suharto melintas. Tak disangka, mobil kepresidenan berisi Suharto dan ibu negara Tien Suharto, berhenti di depannya.
Dengan jendela terbuka, Suharto dan Ibu Tien melambaikan tangan ke arah Djoko dan anak-anak. Ia membalas dengan membungkukkan badan ke arah mereka. Air mata haru menetes di pipinya. "Saya tak menyangka. Takjub," ujar Djoko.