Maraknya Politik Tagar Dinilai karena Murah Meriah
- VIVA.co.id/ Reza Fajri
VIVA – Analis komunikasi politik UIN Jakarta, Gun Gun Heryanto menilai, perang tagar di antara kubu pendukung Joko Widodo dengan Prabowo Subianto merupakan bagian dari perubahan konteks sosial politik yang sangat dinamis saat ini.
"Dan ini sebenarnya fenomena biasa saja. Tagar ini adalah ekspresi simbolik. Misal ada yang tertarik ganti presiden dan ada yang tetap lanjutkan," kata Gun Gun di Cikini, Jakarta, Sabtu, 5 Mei 2018.
Gun Gun melihat, dalam konteks demokrasi penggunaan tagar bukan hal yang negatif. Dia menilai tagar juga bisa menggairahkan partisipasi politik warga negara. "Jadi merasa warga itu bisa menjadi bagian dalam proses-proses ini. Proses ini maksudnya adalah pemilu," ujarnya.
Kelompok #2019GantiPresiden dan kelompok pendukung Jokowi, #DiaSibukKerja di arena car free day, Minggu, 29 April 2018.
Dia menilai, relawan saat ini diuntungkan dengan mobilisasi massa melalui penggunaan tagar sehingga mobilisasi atau kampanye tak harus melalui media yang mainstream.
"Relawan timses juga diuntungkan dengan ini, murah meriah, mobilisasi luar biasa, sebenarnya bisa menjadi ceruk yang sangat potensial," kata Gun Gun.
Namun, Gun Gun mengingatkan media sosial saat ini bisa menampakkan dua rupa. Selain punya manfaat baik, juga punya potensi untuk menimbulkan dampak yang buruk.
"Di sisi lain harus mengantisipasi paradoks yang muncul. Misalnya muncul black propaganda, black campaign, character assasination, intimidasi, persekusi," ujarnya. (ase)