Megawati: Tiap Hari Bilang Proxy War, Apa Rakyat Tahu?

Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana

VIVA - Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri menuturkan cerita, saat dirinya menjadi saksi tiga peristiwa penting di abad ke-20. Tiga peristiwa itu, yakni Konferensi Asia Afrika 1955, pidato Soekarno di Perserikatan Bangsa 1960, dan Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok di Beograd tahun 1961.

Hadiri Forum Kemendagri, Waasintel Kasad Ingatkan Bahaya Proxy War yang Potensi Pecah Belah Bangsa

Cerita itu disampaikan Megawati dalam Pameran arsip KAA dan peluncuran buku 'Pidato 29 Pemimpin Asia Afrika di Konferensi Asia Afrika 1955 di Gatot Subroto, Jakarta, Selasa 17 April 2018.

"Saya berusia delapan tahun, saat KAA 1955, berusia 13 tahun saat pidato Bung Karno di PBB tahun 1960, berusia 14 tahun saat Gerakan Non Blok pertama diadakan di Beograd 1961. Saya adalah delegasi termuda," kata Megawati.

Waspadai Proxy War, Mensos Minta Mahasiswa Perkuat Jati Diri Bangsa

Megawati mengaku merindukan perdebatan argumentatif para pemimpin negara lain, seperti yang pernah dia saksikan itu. Dia mengatakan, perdebatan itu penuh suasana saling menghormati.

"Seperti yang saya saksikan, saya ikuti, dan saya catat langsung, antara pelopor tokoh-tokoh pelopor GNB. Perdebatan yang penuh martabat, saling menghormati, sekaligus rasional dan penuh belarasa," ujar dia.

Isi Surat Megawati Minta Kader Rapat Barisan Usai Bendera PDIP Dibakar

Dia menjelaskan, Bung Karno yang terlibat dalam tiga peristiwa itu memiliki gambaran bahwa dunia sebenarnya terkoneksi, bukan mengedepankan sikap egoisme mementingkan kepentingan negara sendiri.

Dia menyebut saat ini, banyak praktik yang mempersempit ruang dialog yang pernah dilakukan para pendahulu.

"Acapkali kita menyaksikan dan dilibatkan dalam proxy war. Saya setiap hari ke daerah, apa ya proxy war. Tiap hari dibilang proxy war, proxy war. Apa rakyat kita yang di bawah itu tahu proxy war," kata Megawati.

Megawati mengatakan, Bung Karno telah mengingatkan bahwa warga bangsa tidak mungkin hidup sendiri-sendiri. Dia mempertanyakan apakah warga bangsa dapat menghadapi persoalan radikalisme, perdagangan narkotika, dan manusia secara sendiri-sendiri.

"Apakah, keseluruhan problematika di abad 21 ini dapat diselesaikan dengan cara-cara yang hanya menonjolkan suara mayoritas atau siapa yang kuat?" tutur Megawati.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya