Sekjen PDIP: Hidup Matinya Negeri Ini di Tangan Perempuan

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA - Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Hasto Kristiyanto, kembali mengingatkan bahwa lewat perempuan lah politik bisa kembali pada hakikatnya untuk membangun peradaban. Sebab, mengutip Bung Karno, perempuan adalah sumber peradaban itu sendiri.

Hasto: Kandang Banteng Makin Berkembang Biak di Pilkada 2024

"Di tangan perempuan lah urusan mati hidupnya negeri ini. Masa depan bangsa ini sangat bergantung bagaimana ibu memberikan gizi yang baik dan menjaga anak-anaknya," kata Hasto dalam keterangannya, Senin, 9 April 2018.

Hasto menyampaikan pernyataan itu dalam Deklarasi Rampak Sarinah di acara Pendidikan Kader Khusus Perempuan Nasional (PKKPN) PDI Perjuangan di Wisma Kinasih, Depok, Minggu, 8 April 2018, malam. Deklarasi ini sekaligus menutup PKKPN ke-2 yang berlangsung sejak Kamis, 5 April 2018, dan dihadiri 113 peserta dari 28 provinsi.

Banyak Anomali di Pilkada 2024, Megawati Bakal Sampaikan Sikap Politik

Baca juga: PDIP Konsolidasi Kader-kader Perempuan di Depok

"Saya harap para Sarinah-sarinah PDI Perjuangan di sini juga mempunyai 5 disiplin, yakni dalam berpikir, bertindak, berbicara, berkomunikasi dan disiplin waktu," tegas Hasto.

Bela Jokowi, Rampai Nusantara Tak Sependapat Dengan Hasto Soal Kriminalisasi Terhadap Anies

Salah satu peserta PKKPN, Verlita Evelyn, mengatakan selama digembleng empat hari, dia diajari bagaimana untuk disiplin dan berjejaring dengan rekan-rekan dari seluruh Indonesia.

"Yang pasti ideologi PDI Perjuangan diperkuat, nasionalisme makin tumbuh. Awalnya tahu, sekarang paham dan bisa merasakan kenapa kita harus membela ideologi negara kita," kata Verlita.

Verlita juga aktris sinetron itu mengatakan dalam PKKPN dia diajarkan prinsip-prinsip pemberdayaan perempuan dengan mengacu pada buku 'Sarinah: Kewadjiban Wanita Dalam Perdjoangan Republik Indonesia' karya Bung Karno.

"Bagaimana perempuan dianggap hanya di rumah, urus anak, tak bisa apa-apa. Di sini dimotivasi bahwa kita bisa dan harus berani berpendapat tanpa melupakan kodratnya," katanya.

"Ibu Mega sempat sharing saat menjadi presiden. Beliau mengatakan 'di luar saya presiden, di rumah saya istri Pak Taufik. Tetap siapkan kopi dan makannya," tambah dia.

Baca juga: Ganjar Puisi Sindir Azan, PDIP Sebut Ada yang Menyerang

Sementara itu, Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Kesehatan, Perempuan dan Anak, Sri Rahayu, mengatakan para peserta PKKPN menggunakan kebaya dan berkerudung sebagai simbol pakaian Sarinah. Dia berharap mereka membentuk komunitas Sarinah, kelompok ibu dan perempuan yang aktif membela haknya, menjadi kader tangguh, loyal, sesuai penugasan partai.

"Kita harap mereka bisa membuat perubahan signifikan di wilayahnya masing-masing," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya