2 Cawalkot Malang Dibui KPK, Debat Jalan Terus
- Lucky Aditya/VIVA.co.id
VIVA – Debat publik pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Malang tetap digelar pada Sabtu malam, 7 April 2018, meski tanpa dua calon wali kota. Komisi Pemberantasan Korupsi diketahui telah menahan dua calon wali kota Malang karena tersandung kasus suap APBD Perubahan tahun 2015.
Dua cawalkot yang ditahan KPK adalah Ya'qud Ananda Gudban, calon wali kota nomor urut satu berpasangan dengan Ahmad Wanedi. Pasangan Nanda Gudban, Ahmad Wanedi melakukan debat publik tanpa Nanda.
Begitu juga dengan Syamsul Mahmud. Dia berpasangan dengan Moch Anton yang maju sebagai calon wali kota. Anton ditahan KPK bersama Nanda dan 17 anggota DPRD Kota Malang lainnya, karena kasus suap APBD Perubahan Kota Malang tahun 2015.
"Saya yakin debat kandidat tetap berjalan. Meski ada pertentangan sebelumnya semua bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Karena kami sedang memberikan pendidikan politik yang baik kepada masyarakat," kata Ketua Komisi Pemilihan Umum Kota Malang, Zainuddin.
Debat publik Pilwalkot MalangÂ
Dengan demikian, hanya paslon nomor urut tiga yang hadir lengkap sebagai pasangan calon. Mereka Sutiaji dan Sofyan Edi. Debat publik pertama ini seperti sebuah keuntungan bagi paslon nomor urut tiga.
"Semua masih punya peluang yang sama. Tim kami tidak pernah memandang ini sebagai peluang menang yang besar," kata calon wali kota nomor urut tiga Sutiaji.
Sedangkan Ahmad, pasangan calon wali kota cantik Nanda mengatakan, sebagai paslon baru, ia lebih banyak memaparkan program pembangunan baru. Ia mengakui banyak kelemahan dalam debat publik, selain sebagai figur baru ia juga maju sendiri di debat publik.
"Kalau saya nilai masih banyak yang kurang. Maklum kalau kurang tertata, saya paslon baru, mudah-mudahan tidak dinilai kekurangannya. Pengaruh suara atau tidak, yang jelas kami dan tim solid akan kami buktikan," ujar Ahmad Wanedi.
Sementara itu, Syamsul mengaku belum memahami aturan debat publik. Sebagai orang baru di dunia politik, Syamsul mengakui banyak jawaban yang kurang tepat. Namun, ia mencoba tetap tenang, meski harus debat publik sendirian.
"Tanpa Abah Anton memang sangat berat. Jalan terbaik memang saya harus belajar banyak menghafalkan visi misi, soal pengaruh elektabilitas saya tidak tahu karena itu kembali ke masyarakat," kata Syamsul.