Gerindra: Penulis Novel Ghost Fleet Pasti Miliki Data Akurat
VIVA – Partai Gerindra membela pernyataan sang ketua umum Prabowo Subianto yang mengutip novel Ghost Fleet tentang prediksi negara Indonesia bubar pada 2030.
Gerindra meyakini bahwa buku karangan Peter Warren Singer itu bukan karya fiksi belaka, melainkan berdasarkan riset mendalam dan didukung data akurat, meski dikemas dalam bentuk novel. Tak mudah memahami esensi novel itu kecuali orang-orang yang dapat berpikir jernih dan objektif.
"Hanya orang-orang yang berakal yang mampu menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh Pak Prabowo," kata Nizar Zahro, Ketua Dewan Pimpinan Partai Gerindra, melalui keterangan tertulisnya pada Senin, 26 Maret 2018.
Dia menyebut kalangan yang mencemooh pidato Prabowo itu adalah orang bebal dan dungu. Dia mencontohkan Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia, Raja Juli Antoni, yang mengkritik pidato itu lewat media atau media sosial. Dia menyarankan agar Juli Antoni sebaiknya membuka mata bahwa kenyataannya kekuatan asing memang sedang menelanjangi Indonesia.
Bukan sesuatu yang salah jika menginsafi pesan yang disampaikan dalam novel itu, terutama agar bangsa Indonesia kian waspada sehingga prediksi itu dapat dipatahkan.
"Orang selevel PW Singer yang merupakan ahli strategi dan kebijakan pertahanan Amerika Serikat, pasti memiliki data akurat dalam prediksinya perang terbuka antara Amerika Serikat versus China," kata Nizar.
Prabowo melansir prediksi Singer dalam novelnya bahwa negara Indonesia akan bubar pada tahun 2030. Prabowo menyatakannya dalam sebuah rekaman video berdurasi 1 menit 18 detik yang diunggah pada akun resmi Facebook Gerindra.
Berikut ini kutipan video itu:
Saudara-saudara! Kita masih upacara, kita masih menyanyikan lagu kebangsaan, kita masih pakai lambang-lambang negara, gambar-gambar pendiri bangsa masih ada di sini. Tetapi di negara lain mereka sudah bikin kajian-kajian, di mana Republik Indonesia sudah dinyatakan tidak ada lagi tahun 2030.
Bung! Mereka ramalkan kita ini bubar, elite kita ini merasa bahwa 80 persen tanah seluruh negara dikuasai satu persen rakyat kita, enggak apa-apa.
Bahwa hampir seluruh aset dikuasai satu persen, enggak apa-apa. Bahwa sebagian besar kekayaan kita diambil ke luar negeri tidak tinggal di Indonesia, tidak apa-apa.
Ini yang merusak bangsa kita, saudara-saudara sekalian! Semakin pintar, semakin tinggi kedudukan, semakin curang! Semakin culas! Semakin maling! Tidak enak kita bicara, tapi sudah tidak ada waktu untuk kita pura-pura lagi.