Grace Natalie Klaim 60 Persen Caleg PSI Kalangan Millenial

Ketua Umum PSI, Grace Natalie, di Semarang pada Jumat, 23 Februari 2018.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dwi Royanto

VIVA – Partai Solidaritas Indonesia (PSI) akan menggalang dana publik dengan target mencapai Rp1 triliun sebagai persiapan menyongsong Pemilu tahun 2019. Penggalangan dana itu melalui kartu Solidaritas Antikorupsi dan Intoleransi (Sakti). 

PSI DKI Tolak Amandemen Perpanjang Masa Jabatan Presiden

"Program kartu sakti ini target ngumpulin satu triliun rupiah. Ini untuk mendanai sosialisasi caleg dan saksi pada pemilu nanti," kata Ketua Umum PSI, Grace Natalie, di Semarang pada Jumat, 23 Februari 2018.

Melalui program penggalangan dana, publik bisa ikut menyumbang untuk PSI dengan turut membeli kartu Sakti. Mekanisme itu akan mengubah pola masyarakat Indonesia yang selalu meminta imbalan setiap ada perhelatan pemilu. Dengan menyumbang, para donatur punya hak untuk turut menentukan arah kebijakan partai dan kader PSI yang menjadi wakil rakyat.

Sebelum Akun Instagram Hilang, Giring Cerita Soal Mobil China

Besaran sumbangan tiap kader bakal dilaporkan kepada KPU sebagai penyelenggara pemilu. Melalui model tersebut, PSI ingin mengubah paradigma masyarakat yang pada setiap jajak pendapat selalu menempatkan rating parpol dan DPR pada posisi terendah dibanding lembaga lain.

Target 20 persen

Berkunjung ke Gunungkidul, Giring Ungkap Asal Usul Namanya

Meski sebagai partai baru di Pemilu 2019, Grace tak ingin PSI dipandang sebelah mata. Ia optimistis PSI meraih sedikitnya 20 persen sesuai presidential threshold yang ditetapkan Undang-Undang Pemilu Nomor 7 Tahun 2017.

"Kami secara tegas telah memasang target menang Pileg dan Pilpres 2019 dengan perolehan suara minimal 20 persen. Ini supaya pada pemilu selanjutnya PSI bisa mengusung sosok presiden sendiri," ujarnya.

Agar target itu terwujud, PSI telah menjaring 1.955 pendaftar caleg dari seluruh daerah Indonesia. Para pendaftar dari berbagai latar belakang mulai arsitek, dokter gigi, advokat, petinggi pabrik perminyakan, teknisi, guru, penulis, bahkan kalangan pengusaha profesional.

Dari jumlah pendaftar sebanyak itu, 60 persen di antaranya berasal dari caleg kalangan millenial atau generasi muda. Menurutnya, keberadaan para caleg millenial menjadi bukti bahwa mereka tidak melulu antipolitik.

"Mereka malah pada daftar ke PSI. Sisanya 30 persen caleg dari generasi X dan sisanya generasi baby boomers yang lahir pada dekade 1960-an," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya