Pelajaran Penting dari Terbakarnya Museum Bahari
- ANTARA FOTO/Galih Pradipta
VIVA – Kebakaran yang terjadi di Museum Bahari, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa, kemarin, menjadi perhatian publik. Imbas dari musibah ini, selain kerusakan gedung, koleksi miniatur perahu hingga alat navigasi bersejarah hangus terbakar.
Ketua Asosiasi Museum Indonesia, Putu Supadma Rudana turut prihatin dengan musibah kebakaran ini. Menurutnya, harus ada perhatian lebih terutama dari pemerintah pusat dan daerah dalam perawatan museum.
"Manusia dan seluruh stakeholder beri perhatian pada museum. Alam itu tak akan beraksi ketika kekayaan negara yang bersejarah tidak dikelola dengan baik. Ini harus jadi pelajaran penting," kata Putu dalam keterangannya, Rabu, 17 Januari 2018.
Putu mengingatkan pentingnya masalah keamanan dan perawatan museum juga diperhatikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Apalagi mengingat Museum Bahari berlokasi di Jakarta sebagai Ibu Kota negara. Kebakaran ini diharapkan agar tak terulang lagi.
"Peran pemerintah pusat dan daerah sangat penting. Bagaimana komitmen dan dukungan penuh revitalisasi untuk restorasi permuseuman dari perawatannya," tuturnya.
Putu juga sudah melihat langsung kondisi Museum Bahari pasca kebakaran, Selasa siang kemarin. Ia didampingi Kepala Museum Bahari, Huznizon Nizar.
Bagi Putu, peran pemerintah daerah dalam hal ini Pemprov DKI harus aktif dalam perawatan museum dari keselamatan gedung hingga pengunjung. Dari data Asosiasi Museum Indonesia, ada sekitar 60 museum di DKI Jakarta yang mestinya bisa dioptimalkan menjadi sarana edukasi, rekreasi bagi publik.
"Saya yakin Pak Anies Baswedan paham pentingnya keberadaan museum. Pengalaman dulu pernah menjadi Mendikbud jadi acuannya," ujar Putu yang juga anggota Komisi X DPR itu.
Foto: Pengecekan pasca Museum Bahari terbakar.
Kemudian, Putu mengakui perlu perjuangan untuk mencintai museum sebagai warisan kekayaan sejarah bangsa. Dengan segala keterbatasan seperti sumber daya manusia, saat ini seharusnya sudah ada langkah komprehensif yang nyata untuk pengelolaan museum.
"Bagaimana sistem pengelolaan museum yang baik, mewujudkan museum sebagai informasi terdepan. Ini jadi tantangan tersendiri," tuturnya.
Tak kalah penting, perlunya terobosan dalam mensosialisasikan peranan museum. Terobosan ini seperti menampilkan museum di bandara hingga venue olahraga seperti Gelora Bung Karno.
"Dari DPR akan mendorong anggaran, kelembagaan, dan sosialisasi gerakan cinta museum kepada masyarakat terutama di Jakarta," tutur Putu.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Tinia Budiati, mengatakan, kerugian yang terjadi akibat kebakaran tersebut tidak dapat dinilai dengan uang, karena nilai sejarah yang ada tidak dapat dikembalikan.
Salah satunya, bangunan tersebut banyak menggunakan material zaman dahulu yang saat ini usianya mencapai ratusan tahun. Walaupun akan dibuat replikanya, belum tentu ukuran ataupun dimensinya akan sama seperti semula
"Kayu kalau kita bisa dapat kayu sama besarnya, tapi kayu 300 tahun lalu gimana? Sekarang tidak banyak, terus nilai sejarah di dalam bangunan tersebut juga tak bisa dikembalikan," ujar Tinia di Jakarta, 16 Januari 2018. (ase)