BMKG Sebut Gempa Bumi Indonesia 4.500 Kali Tiap Tahun
- ANTARA Foto/Nyoman Budhiana
VIVA – Berdasarkan sejarah gempa bumi yang tercatat oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, atau BMKG, telah terjadi gempa bumi rata-rata sebanyak 4.500 kali per tahun di Tanah Air.
"Di antara gempa bumi dengan magnitude lima atau lebih yang sifatnya mulai merusak, terjadi sebanyak rata-rata 360 kali per tahun," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam keterangannya di Jakarta, Selasa 19 Desember 2017.
Kata dia, untuk pengamatan gempa bumi dengan magnitude lima atau lebih berpusat di Pusat Gempa Nasional BMKG. Sementara itu, untuk gempa bumi dengan magnitude di bawah lima terpusat di stasiun geofisika yang terdapat di seluruh Indonesia berjumlah 33 stasiun geofisika dengan 165 sensor seismograf dan 285 accelerometer.
Menurut Dwikorita, secara geografis Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia yang bergerak relatif saling mendesak satu dengan lainnya.
Ketiga lempeng tersebut adalah Lempeng Indo-Australi di sebelah Selatan, Lempeng Pasifik di sebelah Timur, lempeng Eurasia di sebelah Utara di mana sebagian besar wilayah Indonesia berada dan ditambah Lempeng Laut Philipina.
Adapun karakteristik lempeng tektonik, adalah Lempeng Indo-Australia bergerak ke arah Utara dan bertumbukan dengan Lempeng Eurasia. Sementara Lempeng Pasifik bergerak ke arah Barat sedangkan Lempeng Eurasia relatif diam.
"Kondisi inilah yang menyebabkan Indonesia sebagai wilayah supermarket bencana yang rawan gempa bumi dan tsunami," ujarnya.
Meskipun teknologi saat ini belum ada yang dapat memprediksi terjadinya gempa bumi secara tepat dan akurat. Hal ini dibuktikan dari data Indeks Rawan Bencana Indonesia (IRBI) bahwa ancaman tsunami Indonesia adalah 46 persen dari panjang pantai kepulauan Indonesia, atau 233 dari 515 kabupaten dan 23 dari 34 provinsi.
Dengan kondisi saat ini, Dwikorita selaku pimpinan BMKG siap memberikan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami yang terus di monitor 24 jam setiap hari. "Hal ini dilakukan sebagai langkah antisipasi dalam pengurangan resiko dampak gempa bumi dan tsunami," ujarnya.
Sebagai langkah pengurangan risiko dampak gempa bumi dan tsunami, dirinya mengharapkan masyarakat agar lebih siap sebelum terjadi gempa dan tsunami, termasuk struktur bangunan, serta langkah melakukan penyelamatan gempa bumi dan tsunami.