Balita Pengidap Difteri di Semarang Meninggal
- Twitter.com/kemenkesri
VIVA – Seorang balita berusia empat tahun meninggal dunia akibat mengidap difteri parah. Bayi laki-laki asal Kabupaten Kendal tersebut meninggal saat dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang.
Menurut dokter spesialis anak RSUP dr. Kariadi, dr. Hapsari, meninggalnya bayi malang itu setelah dirujuk dari Rumah Sakit Islam Kendal pada Selasa malam, 12 Desember 2017. Bayi dalam kondisi parah, kemudian dibawa ke ruang isolasi UGD hingga akhirnya meninggal dunia.
"Saat datang keadaan sudah komplikasi, mengalami sesak napas berat. Pembesaran kelenjar, ditengarai komplikasi jantung," kata Hapsari di RSUP dr. Kariadi Semarang, Rabu, 13 Desember 2017.
Tim medis rumah sakit sempat memberikan obat antibiotik pada tubuh pasien. Tak hanya itu saja, pasien juga sudah diberikan anti-difteri serum (ADS) dan merencanakan trakeostomi karena selaput membran di tenggorokan sudah menutup saluran pernapasan.
Namun sayang, nyawa pasien tidak tertolong dan meninggal dunia pagi tadi sekitar pukul 02.00 WIB.
"Yang bersangkutan diketahui sudah enam hari terinfeksi kuman difteri. Saat dirawat di Kendal, dia sudah demam tinggi, tidur dalam keadaan ngorok. Kemudian dibawa ke Kariadi hanya beberapa jam (pasien) sudah meninggal dunia," Hapsari menjelaskan.
Meski begitu, Hapsari enggan menyalahkan keluarga yang membawa anak tersebut sudah dalam kondisi parah. Menurutnya, kondisi itu terjadi akibat ketidaktahuan gejala difteri oleh pihak keluarga.
"Kemungkinan ketidaktahuan. Ini meninggalnya karena sumbatan pernapasan," ujar Hapsari.
Agar kejadian itu tak terulang, Hapsari menyarankan kepada Dinas Kesehatan untuk memvaksinasi tempat tinggal pasien. "Harus disterilkan dari difteri. Cuma yang penting vaksinasi yang lengkap," katanya.
Dua pasien lain
Selain satu balita yang meninggal dunia, RSUP dr Kariadi kini masih menangani dua pasien lain yang positif mengidap difteri. Keduanya perempuan, masing-masing berusia 5 tahun dan 15 tahun asal Kabupaten Batang dan Demak.
Namun demikian, kedua pasien tersebut masih mengalami difteri ringan dan bisa ditolong dengan penanganan tim medis. Saat ini keduanya berada di ruang isolasi Bangsal Anak.
"Keduanya sudah difteri. Kriteria difteri yang perempuan tadi di tonsil, amandel. Yang laki-laki di faring tenggorokan.” (mus)